Darul Haq

Imam Abu Hanifah Wafat Dibunuh?

Dari Bisyr bin al-Walid, dia mengatakan, “Suatu hari al-Manshur mencari Abu Hanifah, dia menginginkannya menjadi qadhi. Al-Manshur bersumpah bahwa Abu Hanifah harus menjabat sebagai qadhi, tapi Abu Hanifah menolaknya dan bersumpah tidak akan melakukannya. Melihat hal itu, ar-Rabi’ al-Hajib mengatakan, ‘Engkau melihat Amirul Mukminin bersumpah, sementara engkau juga bersumpah?’ Dia mengatakan, ‘Amirul Mukminin lebih mampu menebus sumpahnya daripada aku.’ Maka Amirul Mukminin memerintahkan agar menjebloskan Abu Hanifah ke penjara. Sampai akhirnya Abu Hanifah meninggal di dalam penjara di Baghdad.”

Al-Haitsami mengatakan, “Segolongan jamaah meriwayatkan bahwa pernah diberikan kepada Abu Hanifah segelas minuman berisi racun agar beliau minum, tapi beliau menolaknya seraya mengatakan, ‘Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui apa isinya, dan aku tidak akan menolong sang pemberi racun untuk membunuh diriku.’ Maka gelas itu disingkirkan, namun kemudian beliau dipaksa meminumnya dengan dituangkan di mulut beliau, beliau pun meninggal.”

Ada yang mengatakan bahwa hal itu dilakukan di hadapan al-Manshur. Diriwayatkan secara shahih bahwa tatkala Abu Hanifah sudah merasa akan mati, beliau bersujud, sehingga saat nyawanya keluar, beliau dalam keadaan bersujud.

Dalam suatu riwayat, penolakan Abu Hanifah untuk menjabat sebagai qadhi, bukanlah penyebab al-Manshur membunuhnya dengan cara yang keji ini. Tetapi sebabnya adalah, sebagian musuh Abu Hanifah menginformasikan kepada al-Manshur bahwa Abu Hanifahlah yang memprovokasi Ibrahim bin Abdullah bin al-Hasan bin al-Husain bin Ali untuk memberontak terhadapnya di Bashrah. Karena itu al-Manshur sangat ketakutan dan merasa tidak tenang, sementara dia belum memberikan keputusan.

Abu Hanifah juga difitnah telah memberikan dukungan kepada Ibrahim bin Abdullah dengan harta yang banyak. Al-Manshur mengkhawatirkan kecenderungan Abu Hanifah kepada Ibrahim ini, karena Abu Hanifah adalah seorang yang berkedudukan, memiliki harta yang banyak dari hasil perdagangan. Karena itu al-Manshur meminta Abu Hanifah pergi ke Baghdad. Dia tidak bisa langsung membunuhnya tanpa alasan, maka al-Manshur memintanya sebagai qadhi, padahal al-Manshur tahu bahwa Abu Hanifah tidak mau menerimanya, supaya ada jalan untuk membunuhnya.

📒Selengkapnya: Biografi 60 Ulama Ahlussunnah yang Paling Berpengaruh dan Fenomenal dalam Sejarab Islam, Halaman 185, Penerbit Darul Haq

Silakan dishare
Semoga bermanfaat

Loading

Home
Akun
Order
Chat
Cari