Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kita kepada Islam dan memuliakan kita dengan mewajibkan puasa kepada kita. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah atas sebaik-baik manusia, Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Islam adalah agama pendidikan untuk ketangguhan, keutamaan dan kesempurnaan. Islam menilai setiap muslim sebagai murid yang senantiasa berada dalam “sekolah” kehidupan, terus menerus di dalamnya dan terbiasa padanya. Di dalam sekolah itu, ia mendapatkan apa yang dituntut oleh tabiatnya berupa kekurangan dan kesempurnaan serta apa yang dituntut oleh tabiatnya berupa kebaikan dan keburukan.
Kemudian Islam juga memperlakukannya selayaknya pendidik (kepada anak didiknya) dalam kelembutan dan ketegasan, dengan ujian berkala dan berulang-ulang. Tidak keluar dari satu ujian melainkan masuk dalam ujian berikutnya. Dalam ujian-ujian tersebut terdapat berbagai manfaat bagi setiap muslim yang tiada ditemukan bandingannya dalam ujian-ujian sekolah yang dikenal.
Ujian-ujian Islam tampak pada syiar-syiar yang diwajibkan kepada setiap muslim. Syiar-syiar yang disyariatkan untuk pendi-dikan, penyucian jiwa dan pengajaran, bukan untuk menyulitkan orang Islam dan bukan pula untuk menyulitkannya dalam agama. Tetapi Islam hendak menyucikannya dengannya, menumbuhkan potensi-potensi kebaikan dan kasih sayang yang terdapat dalam dirinya, menguatkan kehendak dan tekadnya untuk melangkah maju di atas kebajikan dan mengenyahkan keburukan, melatih di-rinya pada keutamaan-keutamaan yang berat seperti sabar dan ta-bah, teliti, berkemauan, tertib, dan membebaskannya dari peng-abdian kepada syahwatnya.
Dalam setiap kewajiban dalam Islam terdapat ujian bagi iman, akal dan kehendak seorang muslim. Cuma puasalah yang paling sulit ujiannya, karena ia menghadapi kerasnya penguasa syahwat jasmani. Puasa mendidik jiwa yang tenang dan mendidik jiwa yang kuat. Lamanya sebulan Qamariyah berturut-turut. Bentuk puasa yang sempurna akan memutuskan syahwat perut, ke-maluan, lisan, telinga dan mata.
Bila semua syahwat di atas tidak mampu dipangkas semua-nya, maka itu mengurangi hakikat puasa, sebagaimana disebutkan dalam berbagai hadits dari Pembawa syariat ini dan sebagai-mana yang dikehehendaki inti hikmah dari makna berpuasa.
Nabi[Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”]z[/Islamic] bersabda, dalam hadits yang muttafaq `alaih: “Puasa adalah perisai.”
Yakni, pelindung (Wiqayah). Sebab puasa bisa memelihara diri dari dosa, memelihara diri dari keterpurukan dalam adzab akhirat, memelihara diri dari berbagai penyakit yang timbul karena berlebih-lebihan dalam menikmati berbagai kelezatan.
Tidak sepatutnya seorang muslim meyakini bahwa hakikat puasa hanyalah menahan diri dari sebagian syahwat di siang hari, kemudian setelah itu ia larut dalam segala macam syahwat pada malam harinya. Sehingga yang kita saksikan dari pengaruh puasa ini hanyalah sekedar melaparkan perut, mendahagakan hati, anggota tubuh menjadi lemas, buruk lisan dan cepat emosi, serta menjadikan puasa sebagai alasan untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai berupa terang-terangan berkata buruk dan sebagai alasan untuk berbantah-bantahan dan bermusuhan.
Tidaklah demikian! Puasa tidak akan sempurna, hakikatnya tidak sempurna, dan hikmah serta pengaruhnya tidak tampak ke-cuali dengan memutuskan semua syahwat yang tersebar pada semua anggota tubuhnya. Telinga memiliki syahwat untuk men-dengar, mata mempunyai syahwat untuk melepaskan pandangan, dan lisan mempunyai syahwat untuk menggunjing (ghibah), menga-du domba (namimah) dan mempunyai kesenangan untuk berdusta dan berkata yang sia-sia.
Syahwat lisan melebihi syahwat-syahwat anggota badan seluruhnya. Lisan terbiasa dengan syahwat-syahwat tersebut dan tidak mampu menahannya darinya, kecuali orang-orang yang di-beri taufik oleh Allah dari kalangan yang mempunyai tekad yang kuat.
Puasa Ramadhan adalah penghapus kemauan-kemauan nafsu, mengalahkan syahwat-syahwat jasmani, simbol peribadatan dalam bentuknya yang tertinggi, training yang berat untuk meninggalkan berbagai kesenangan, dan pendidikan sistematis untuk mampu tabah mengahadapi hal yang tidak disukai berupa lapar dan haus, berbicara yang benar dan tidak mengatakan sesuatu yang batil.
Puasa adalah pelajaran yang bermanfaat bagi seseorang untuk memanage dirinya, menguasai keinginan-keinginannya, dan mengendalikan dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai dorongan untuk senda gurau dan sesuatu yang tidak bermanfaat.
Puasa adalah pendidikan praktis menuju perilaku belas kasih kepada orang yang lemah. Sekiranya bukan karena puasa, niscaya orang kaya tidak pernah merasakan pedihnya kelaparan dan tidak pernah membayangkan bagaimana rasa lapar tersebut menyerang orang-orang yang kelaparan.
Dalam pandangan ilmu jiwa terdapat aspek-aspek yang tidak cukup saja didengar tapi juga dilihat. Seandainya orang yang lapar tinggal dan tidur dalam keadaan lapar selama lima hari, sedangkan lima hari lainnya dipergunakan untuk mengilustrasikan kepada orang-orang kaya tentang apa yang dilakukan oleh rasa lapar tersebut terhadap perut mereka, dan kondisinya setelah lima hari tidak makan jauh lebih mendalam ungkapannya daripada ucapan-ucapannya. Niscaya kata-kata yang diungkapkannya tidak bisa melebihi pesan yang disampaikan oleh sekali kelaparan dalam jiwa orang yang kaya yang suka hidup berfoya-foya.
Karena itu, Nabi kita Muhammad [Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”]z[/Islamic] adalah orang yang paling dermawan, lebih-lebih pada bulan Ramadhan, ketika Jibril bertadarus Al-Qur’an bersama beliau. Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dengan kebajikan dibandingkan angin yang berhembus.
Ramadhan adalah hembusan Ilahiyah yang menerpa alam bumi sekali dalam setiap tahunnya dan lembaran langit yang nampak pada penduduk bumi, sehingga menjadi teranglah bagi mereka sifat-sifat Allah, yaitu kelembutan dan kabaikanNya, dan tampak pula hikmah dan rahasia Islam. Oleh karena itu, se-mestinya umat Islam memperhatikan keberuntungan mereka dari “hembusan itu” dan di manakah kedudukan mereka dari lembaran tersebut.
Ramadhan adalah klinik tahunan, yang di dalamnya setiap orang yang sakit mendapatkan obat dari penyakitnya. Karena klinik tersebut akan menyembuhkan penyakit kikir dengan kedermawanan, penyakit perut dengan lapar dan haus, penyakit keku-rangan dan kelaparan dengan kecukupan dan kenyang.
Bulan Ramadhan, bagi manusia yang sadar, adalah bulan penampakan belas kasih pada hati yang beriman. Bulan Ramadhan akan mematangkannya dengan rahmat, memenuhinya dengan ruh dan mengingatkannya dengan wejangan-wejangan. Akhirnya, hati tersebut menjadi seperti pohon yang subur: kukuh dan indah, lembut dan hijau.
Hikmah dipakainya bulan Qamariyah, bukan bulan Syam-siyah, ialah supaya nampak indah bagi jiwa, berpindah-pindah musim, lalu melatih jiwa untuk kuat pada musim-musim yang ringan serta melatih jiwa untuk merasa tenang pada musim-musim yang berat.
Kemudian Ramadhan menggerakkan jiwa kepada kebajikan dan menahannya dari keburukan, sehingga ia menjadi lebih der-mawan daripada angin yang berhembus dan lebih jauh dari kebu-rukan daripada anak-anak yang tak berdosa.
Ramadhan membebaskan jiwa dari tawanan adat istiadat, membebaskannya dari perbudakan syahwat, mencabut darinya tabiat yang rusak dan naluri yang buruk, membiasakannya di siang-siang harinya untuk bersabar dan bertekad kuat serta di malam-malam harinya untuk berkomunikasi dengan Allah dan mendekatkan diri kepadaNya.
Kemudian puasa menumbuhkan sifat amanah dalam jiwa, ikhlas beramal dan hanya beramal karena Allah q.
Ini keutamaan besar yang akan menghilangkan kehinaan sifat menjilat, riya’ dan nifaq.
Puasa merupakan faktor terbesar untuk merealisasikan takwa dan sebaik-baik cara yang akan mengantarkan ke sana. Karena rahasia inilah, ayat-ayat puasa ditutup dengan firmanNya, “Agar kamu bertakwa.”
Bulan puasa mendidik jiwa untuk berakhlak mulia dan ber-amal kebajikan. Puasa mendorongnya untuk berbakti kepada ke-dua orang tua, menyambung kekerabatan, berbuat baik kepada keluarga dan tetangganya.
Pengaruh puasa terhadap jiwa, di antaranya, diraihnya kese-hatan secara umum dengan segala pengertiannya: sehat jasmani, sehat ruhani dan sehat pikiran.
Kesehatan badan terealisir karena puasa menghilangkan sel-sel yang rusak dalam tubuh, terutama tubuh orang-orang yang terlalu banyak mengkonsumsi makanan dan sedikit kerja dan gerak. Menurut para dokter, puasa akan menjaga metabolisme, membersihkan usus dari racun-racun yang berbahaya dan mengurangi kadar lemak yang membahayakan jantung. Puasa tidak ubahnya memperkurus kuda yang akan semakin menambah ke-kuatannya untuk berlari.
Sedangkan mengenai kesehatan jiwa telah disinggung sebe-lumnya, bahwa puasa merupakan faktor terbesar untuk memper-baiki hati dan membersihkan jiwa.
Adapun kesehatan pikiran maka ini terealisir karena pe-ngaruh puasa yang benar. Karena dengan puasa yang baik akan diraih pemikiran yang baik, pandangan yang lurus, dan tadabbur mengenai perintah Allah, larangan dan hikmahNya.
Dengan demikian, orang yang berpuasa pemikiranya menjadi benar, menjadi cemerlang karena cahaya dari Tuhannya, meme-nuhi segala panggilannya, dan merealisasikan ketaatan kepada-Nya. Kemudian ia selesai dari puasanya dengan jiwa yang baru, pikiran yang cemerlang, terbebas dari sifat binatang ternak, dan naik beberapa derajat pada tangga kebahagiaan dan kemuliaan.
Inilah sebagian rahasia puasa dalam jiwa. Oleh karena itu, orang yang berpuasa selayaknya menghayati makna-makna ter-sebut dan agar dari puasanya ia mendapatkan keberuntungan yang banyak, serta tidak melakukan – sesudah berbukanya dan seusainya bulan ini— sesuatu yang dapat merusak puasanya. Akibatnya, ia menghancurkan pada malam harinya apa yang telah dibangunnya pada siang harinya dan menghancurkan di akhir bu-lannya apa yang telah dibangunnya selama sebulan. Betapa bahagianya orang yang berpuasa dan betapa kukuhnya ia, sekiranya ia memanfaatkan bulan Ramadhan dan menjadikannya sebagai tempat untuk berlatih meninggalkan kebiasaan-kebiasaannya.
Jika ia melakukan hal yang sebaliknya; ia menjadi jemu dengan larangan-larangan puasa dan tak sabar menunggu waktu berbuka puasa agar ia bisa segera mengerjakan kebiasaan-kebia-saannya yang membahayakannya, maka ia telah menyia-nyiakan kesungguhan dan tekadnya serta menampakkan kelemahannya, kelemahan dirinya dan kurang memperoleh faidah dari puasanya.
Ini gambaran secara umum dan isyarat sekilas tentang seba-gian hikmah, pengaruh dan rahasia yang dikandung bulan puasa. Adapun perinciannya akan dijelaskan di pelajaran-pelajaran selanjutnya, insya Allah.
Ya Allah, berilah kami kemampuan untuk mengingatMu, bersyukur kepadaMu dan beribadah kepadaMu dengan sebaik-baiknya. Sampaikanlah shalawat dan salam atas Nabi kami Muhammad [Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”]z[/Islamic].
Sumber : Pesan-Pesan Ramadhan – Muhammad Ibrahim Al-Hamd
Kajian Tentang Sabar & Syukur :
- Sabar & Syukur
- Menghadapi Ujian Dan Cobaan Hidup Dalam Bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah
- Mukhtashar Minhajul Qashidin; Meraih Kebahagiaan Hakiki Sesuai Tuntuna Ilahi