Istisqa` artinya meminta turun hujan dari Allah Ta’ala untuk sejumlah negeri atau untuk hamba-hambaNya melalui shalat, berdoa, dan beristighfar ketika terjadi kemarau.
HUKUM SHALAT ISTISQA’
Shalat Istisqa` termasuk shalat sunnah yang sangat dianjurkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah melaksanakannya dan memberitahukannya kepada orang-orang serta ikut pergi ke tempat pelaksanaan shalat istisqa`. Abdullah bin Zaid berkata,
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi shalat istisqa`, beliau menghadap kiblat dan memutar selendangnya, lalu shalat dua rakaat. Beliau membaca surat pada kedua rakaat itu dengan suara keras.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim)
WAKTU PELAKSANAAN SHALAT ISTISQA’
Shalat istisqa` waktunya sama seperti shalat hari raya, berdasarkan keterangan yang dituturkan Aisyah Radhiyallahu ‘anha,
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi menunaikan shalat istisqa` ketika tampak penghalang matahari (berupa bulatannya).” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan al-Hakim).
Walaupun demikian dapat dilakukan kapan saja selain waktu-waktu yang dilarang shalat di dalamnya.
HAL-HAL YANG DISUNNAHKAN SEBELUM SHALAT ISTISQA’
1. Disunnahkan bagi imam untuk mengumumkan pelaksanaan shalat istisqa` beberapa hari sebelumnya.
2. Menghimbau orang-orang supaya bertaubat dari kemaksiatan dan menjauhkan diri dari kezhaliman.
3. Menganjurkan mereka supaya berpuasa, bersedekah dan meninggalkan permusuhan, karena kemaksiatan itu penyebab kemarau, sebagaimana ketaatan menjadi penyebab kebaikan dan keberkahan.
TATA CARA SHALAT ISTISQA’
1. Imam dan orang-orang pergi ke tempat shalat, lalu imam shalat bersama mereka dua rakaat.
2. Jika imam berkenan, maka ia dapat membaca takbir tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada rakaat kedua seperti pada shalat hari raya.
3. Pada rakaat pertama, imam membaca surat al-‘Ala setelah al-Fatihah dengan suara keras, sedang pada rakaat kedua membaca surat al-Ghasyiyah.
4. Selesai shalat, imam menghadap ke arah jamaah dan berkhutbah menghimbau mereka agar memperbanyak istighfar,
5. Imam berdoa yang diamini oleh jama’ah,
6. Imam menghadap kiblat serta mengubah posisi selendangnya, sehingga bagian sebelah kanan berpindah ke bagian sebelah kiri, serta bagian sebelah kiri berpindah ke bagian sebelah kanan,
7. Orang-orang pun ikut mengubah posisi selendang mereka sebagaimana yang dilakukan imam.
8. Selanjutnya mereka berdoa sesaat, lalu bubar.
📗Sumber: Minhajul Muslim Konsep hidup Ideal dalam Islam, hlm. 466-467, Penerbit Darul Haq
📲 Silakan dibagikan, semoga bermanfaat