Darul Haq

Kecenderungan Kepada Apa yang Telah Berlalu

Ketika seseorang hendak bersikap konsisten, tiba-tiba ia merasakan suatu perpindahan dalam hidupnya, di mana pada masa lalu ia hidup dengan penuh maksiat kepada Rabbnya, dipermainkan setan dan penuh keguncangan dalam hidupnya, kemudian ia berpindah menuju kestabilan rohani dan ketentraman. Di sini ia menemukan perbedaan yang amat jauh antara kehidupan masa lalu dengan kehidupannya sekarang.

Akan tetapi pada masa-masa tertentu dia teringat pada masa lalunya, sahabat-sahabat masa lalu dan berbagai prilakunya bersama mereka, kemudian ia melepaskan tali kekang pikirannya untuk menelusuri masa lalu pada ingatannya, sikapnya yang semacam ini secara tidak langsung telah memberi peluang kepada setan untuk melancarkan serangan tipu daya serta bermain dengannya, hingga ia berpikir untuk kembali kepada masa lalunya dan kemudian kembali kepada teman-teman lamanya. Teman-teman masa lalu itu pun menggerogoti benih-benih keimanan yang baru bersemi dan kebersihan jiwanya dari dalam hatinya, sebagaimana dikatakan bahwa teman itu adalah penggerogot (perampas).

Maka saat itu ia sedang hidup antara dua arus yang saling tarik menarik, arus ketaatan dan arus kemaksiatan, sedang ia sendiri hidup di dalam kondisi pertempuran psikologis antara kebenaran dan kebatilan. Oleh karena itu, dalam suatu kisah tentang seseorang yang telah membunuh seratus jiwa manusia, seorang Alim berkata kepadanya, “Pergilah engkau ke negeri anu karena sesungguhnya di negeri itu terdapat orang-orang yang menyembah Allah, maka hendaknya engkau menyembah Allah bersama mereka, dan jangan engkau kembali ke negerimu, karena sesungguhnya negerimu itu adalah negeri yang buruk.”[1]

Para ulama berkata, “Sepatutnya orang yang telah bertaubat untuk memisahkan dirinya dari keadaan-keadaan yang biasa ia lakukan di masa maksiat serta berpaling secara menyeluruh dari semua itu dan menyibukkan diri pada hal-hal lain (yang mendukung sikap konsistennya).

Ini adalah poin penting yang harus diperhatikan, sebab setan selalu berusaha untuk melakukan tipu dayanya terhadap mereka yang telah bertaubat agar kembali kepada sahabat-sahabat lamanya dengan alasan mengajak mereka untuk kembali kepada Allah, sementara ia belum memiliki keteguhan dalam menerima petunjuk, ini adalah suatu kesalahan dalam langkah strategi pengaturan waktu saja. Yang wajib ia lakukan adalah memperkuat diri dan selalu waspada dengan cara memperkaya diri dengan ilmu-ilmu agama sebagai perisai diri untuk menangkal syubhat dan syahwat yang akan dihadapi dalam perjalanan dakwahnya, jika karakteristik-karakteristik da’i telah sempurna, maka saat itu ia boleh bertemu dengan sahabat-sahabat lamanya untuk mengajak mereka kepada Allah dengan selalu memohon pertolonganNya.

[1]  Potongan dari hadits yang diriwayatkan di dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim bersumber dari Abu Sa`id al-Khudri.


Sumber : 31 Sebab Lemahnya Iman

Loading

Home
Akun
Order
Chat
Cari