Ancaman dan ultimatum yang keras dari kaum Quraisy dirasakan berat oleh Abu Thalib, dia pun menyongsong Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata kepadanya, “Wahai keponakanku! Sesungguhnya kaummu telah mendatangiku dan mengatakan ini dan itu kepadaku. Maka kasihanilah aku dan dirimu. Janganlah engkau membebaniku dengan sesuatu yang tak mampu aku lakukan!”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengira bahwa dengan ini, pamannya telah menghentikan pembelaannya dan tak mampu lagi melindungi dirinya, maka beliau pun menjawab, “Wahai pamanku! Demi Allah, andaikata mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan ini, niscaya aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya.”
Beliau mengungkapkannya dengan berlinang air mata dan tersedu, lalu berdiri dan meninggalkan pamannya, namun pamannya memanggilnya dan tatkala beliau menghampirinya, dia berkata kepadanya, “Pergilah wahai keponakanku! Katakanlah apa yang engkau suka, demi Allah, sekali-kali aku tidak akan pernah menyerahkanmu kepada siapa pun! “
Lalu dia merangkai beberapa untai bait puisi,
Demi Allah! Mereka semua tidak akan dapat menjamahmu
Hingga aku mati berkubang tanah
Sampaikanlah dengan lugas urusanmu, tiada cela bagimu.
Karenanya bergembiralah kamu dan bersuka citalah