Darul Haq

RESENSI BUKU TERAPI SYAR’I MENGOBATI PENYAKIT HATI

Judul Asli: Mukhtashar ad-Da` wa ad-Dawa`

Pemesanan, Klik : Pesan Buku Terapi Syar’i

 

KEDUDUKAN PENTING TEMA BUKU

Dalam diri manusia tertanam berbagai potensi kebaikan dan keburukan, dan keduanya akan selalu bertarung sepanjang hayat dikandung badan. Seberapa besar kemenangan kebaikan atas keburukan, sebesar itu pula balasan pahala yang akan didapatkannya oleh pemiliknya di akhirat kelak. Karena itu,  dengan penuh kesadaran setiap kita harus berusaha menundukkan dorongan keburukan dalam diri kita, karena dapat merusak bahkan menghancurkan potensi-potensi kebaikan. Kita harus selalu ingat bahwa agama itu sederhana; menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Yang diperintahkan pastilah mendatangkan kebaikan dan yang dilarang pastilah sesuatu yang buruk. Karena itu,

Pertama: Orang yang paling bahagia dan beruntung di dunia dan di akhirat adalah orang yang menyadari keburukan dan penyakit hatinya, dengan kesadaran itu dia berusaha mengobatinya.

Kedua: Langkah paling penting dalam usaha mengobati penyakit-penyakit hati, atau bahkan semua penyakit dan permasalahan pada umumnya, adalah mengindentifikasi dan memetakannya secara tepat, sehingga dapat merumuskan formula terapi pengobatannya.

Kedua poin ini adalah langkah awal paling menentukan dalam usaha mengobati berbagai penyakit hati. Ini sangat penting, agar usaha kita tidak hanya sekedar melakukan dan berbuat, tetapi benar-benar terpola dan terencana serta berdasarkan langkah-langkah yang tepat, sehingga membuahkan hasil yang baik. Di sini, perlu kita cermati sebuah pertanyaan simulatif berikut: “Mengapa sering kali wejangan para motivator lebih bisa merubah perilaku sebagian orang ketimbang nasehat seorang kiyai, misalnya?” Salah satu sebabnya, dan tentu saja setelah kehendak Allah dan sebab-sebab lain yang dikehendaki oleh Allah, adalah karena wejangan para motivator tersaji secara terpola, dan pemetaan masalah yang rapi sehingga mudah diterima oleh akal atau logika para pendengarnya. Padahal, apabila kita bandingkan dengan wejangan para ulama yang mumpuni dan ilmunya mendalam, seperti Imam Ibnul Qayyim dalam buku ini, kita akan mendapatkan bahwa wejangan-wejangan hati yang didasari oleh Islam jauh lebih bagus dan lebih menggugah jiwa dibandingkan dengan konsep apa pun.

Inilah salah satu kedudukan penting buku ini, karena menyajikan terapi Syar’i untuk berbagai penyakit hati dengan pola dan pemetaan yang rapi dan menyatu dengan kecendrungan fitrah manusia, sehingga mudah diterima oleh semua kalangan. Karena itu, buku ini adalah jembatan emas untuk meraih hati yang selamat, insya Allah, yang dengan itu kita berharap meraih kebahagiaan hidup di dunia dan rahmat Allah di akhirat, pada hari kebangkitan di mana tidak ada lagi harta benda dan anak-anak (yang akan membantu membebaskan seseorang dari hukuman Allah) kecuali orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat.

Saudaraku seiman …

Buku ini asalnya adalah sebuah pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang hamba Allah kepada Imam Ibnul Qayyim 5, yang kurang lebih dia bertanya: “Apa yang pendapat para imam Agama tentang seseorang yang ditimpa cobaan (penyakit hati), dan dia mengetahui bahwa jika dia terus di atas kenyataan itu, niscaya ia akan merusak dunia dan akhiratnya. Dia telah berusaha keras menepisnya dari dirinya dengan segala macam cara yang dia ketahui, akan tetapi justru ia justru semakin berkobar dan semakin dahsyat. Maka bagaimana cara menolaknya? Dan apa jalan untuk menghilangkannya?”

Dan dalam jawaban yang ditulis oleh Imam Ibnul Qayyim 5, yang pertama sekali beliau sampaikan adalah hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

(مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً).

“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, kecuali Dia juga menurunkan kesembuhan (obat) untuknya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari).

Kemudian Ibnul Qoyyim menegaskan, “ini mencakup penyakit-penyakit hati, ruh, badan, sekaligus obat-obatnya”

Dan begitulah seterusnya beliau menguraikan jawaban beliau hingga menjelma menjadi satu kitab, yang berjudul “ad-da` wa ad-Dawa`”, yang merinci dengan sangat indah berbagai penyakit hati dan terapi pengobatannya. Dan karena buku tersebut cukup tebal, maka seorang doktor mengintisarikan dan menyederhanakannya, sehingga mudah dipahami oleh semua kalangan kaum Muslimin. Dan inilah yang kami terbitkan; sebuah buku intisari panduan yang akan membimbing setiap jiwa untuk mencapai keselamatan, dengan uraian yang sederhana dan bahasa yang mudah.

SAJIAN PILIHAN SIMULASI ISI BUKU

Buku ini secara fokus mengurai berbagai penyakit hati yang bersemayam dalam diri seseorang dengan pemetaan masalah yang urut dan rapi, yang dengan itu pembaca dapat menarik pelajaran dengan mudah untuk kemudian berusaha merealisasikannya. Karena itu, sebelum Anda pergi ke psikiater atau bertanya ke seorang motivator, baca dan renungkanlah sajian buku ini, karena ia merupakan hasil kajian dan renungan mendalam dari seorang ulama besar yang memang dikenal ahli dalam disiplin yang satu ini.

Nah, salah satu yang disoroti secara fokus oleh imam Ibnul Qayyim adalah tentang dosa kemaksiatan. Hal itu, karena kemaksiatan adalah titik sentral dari berbagai penyakit hati, dan ini sebagai peringatan bahwa ia harus menjadi fokus kewaspadaan kita semua.

Imam Ibnul Qayyim menitik beratkan pembahasan mengenai ini pada keharusan menyadari bahwa dosa dan kemaksiatan itu berakibat buruk, dan ini pasti; dan akibat buruknya bisa menimpa semua dimensi hidup dan kehidupan manusia, bisa menimpa badan, hati, keluarga, lingkungan, harta benda, bahkan alam semesta. Harus kita sadari bahwa semua keburukan yang menimpa dan akan menimpa kita di dunia dan akhirat, adalah akibat dari dosa-dosa dan kemaksiatan. Kesadaran ini begitu penting, karena inilah awal bagi seseorang untuk berusaha mengentaskannya.

Pertama: Akibat buruk dan Malapetaka yang telah menimpa umat-umat terdahulu akibat dosa dan kemaksiatan

* Yang mengeluarkan nenek moyang kita, Nabi Adam dan Hawa alaihimas Salam, dari surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan adalah dosa dan maksiat, dan yang menyebabkan Allah mengampuni mereka adalah karena mereka bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah.

* Begitu juga iblis; bukankah yang menyebabkan mereka terusir dari surga bahkan dilaknat hingga Hari Kiamat adalah karena maksiat kepada Allah? Yaitu ketika dia menolak bersujud (sebagai penghormatan kepada Nabi Adam j)? Dan Allah tidak mengampuninya karena iblis tidak bertaubat kepada Allah sebagaimana halnya Nabi Adam j.

* Begitu juga umat Nabi Nuh ; Allah menenggelamkan mereka dengan banjir bandang karena kemaksiatan mereka, dan tidak ada yang selamat kecuali Nabi Nuh j dan orang-orang yang beriman yang bersama beliau.

* Begitu juga kaum Ad dan Tsamud, penduduk negeri Sadum, Fir’aun dan bala tentaranya, dan lainnya. Dan begitulah, banyak umat-umat dahulu yang telah Allah binasakan karena kemaksiatan mereka. Semua itu Allah kisahkan di dalam al-Qur`an,

{مَثَلًا مِنَ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ وَمَوْعِظَةً لِلْمُتَّقِيْنَ}.

“sebagai contoh dari orang-orang yang telah berlalu sebelum kalian dan itu sebagai nasehat bagi orang-orang yang bertakwa.”

Kedua: Akibat buruk dosa dan kemaksiatan yang menimpa hati dan jasad, jasmani dan rohani

Akibat buruk dari kemaksiatan yang patut menjadi kekhawatiran setiap kita adalah akibat buruknya pada hati dan diri kita. Di antaranya: maksiat menghalangi seorang Muslim meraih ilmu Syar’i; juga menghalangi rizki, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda, “Sesungguhnya seseorang terhalang mendapat rizkikan karena  dosa yang dia lakukan.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah).

Dosa dan maksiat juga menyebabkan perasaan terasing dan jauh dari Allah; bahkan juga terasing dari manusia; menyebabkan hati menjadi mati; penyebab urusan-urusan menjadi sulit diselesaikan dan masalah-masalah sulit diatasi; menimbulkan kegelapan dalam hati sehingga tidak bisa jelas melihat mana yang haq dan mana yang batil; menyebabkan seseorang cinta kepada dunia dan takut mati; penyebab terhalangnya seseorang dari ketaatan; menyebabkan seseorang menganggap enteng dosa; menyebabkan seseorang terhalang mendapatkan berkah doa Rasulullah a dan doa para malaikat.

Maksiat dan dosa juga menyebabkan hilangnya rasa malu; menyebabkan lemahnya hati dari pengagungan kepada Allah ; menyebabkan butanya hati, memadamkan cahayanya, melemahkan bashirah, serta menutupinya dari ilmu dan hidayah yang datang kepadanya.

Maksiat dan dosa juga menyebabkan pemiliknya senantiasa dalam belenggu dan kendali setan serta kungkungan syahwat dan hawa nafsunya.

Maksiat dan dosa menyebabkan terhapusnya berkah umur, berkah rizki, berkah ilmu, berkah pekerjaan dan berkah amal ketaatan.

Intinya, maksiat dan dosa bisa mengahancurkan segala-galanya.

Dan ini semua, yang sempat kami sebutkan dalam resensi ini, hanya serpihan-serpihan yang bisa kami kutip secara acak dari lautan hikmah yang diurai bagus oleh sang imam, yang masing-masing beliau uraikan secara rapi dan menyentuh. Dan sungguh sulit bagi kami mengungkapkan dengan bahasa yang dapat meyakinkan betapa luar biasanya kajian yang tertuang dalam buku ini. Semua ini diuraikan dengan sangat indah oleh Imam Ibnul Qayyim 5, sehingga menjadi cambuk diam pada hati setiap Muslim yang merenunginya.

Ketiga: Akibat buruk dari dosa dan maksiat yang menimpa bumi dan apa yang ada di atasnya

Maksiat tidak hanya menimpa hati dan diri pelakunya, tetapi juga menimpa bumi dan isinya. Maksiat bisa berakibat buruk pada istri dan keluarga bahkan harta benda, hingga seorang ulama as-Salaf berkata, “Aku pernah berbuat maksiat kepada Allah, dan aku mengetahui akibat (buruk) nya pada tingkah laku istri dan hewan tungganganku.”

Mari kita renungkan nasehat agung ini, barangkali kenakalan sebagian anak-anak kita, sulitnya mendidik mereka, sikap tidak baik istri kita, bahkan rumah menjadi tempat yang tidak nyaman, harta benda yang tidak berkah, dada yang sempit di tengah gelimang kemewahan, bahkan kendaraan yang kita gunakan lebih banyak menghabiskan biaya perawatan dari pada manfaat yang kita dapatkan, barangkali adalah akibat dari maksiat dan dosa yang kita lakukan. Karena itu, Allah telah mengingatkan dengan sangat jelas dalam al-Qur`an,

“Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan karena ulah perbuatan tangan manusia, agar Allah membuat mereka merasakan sebagian akibat dari apa yang mereka lakukan; agar mereka kembali.” (Ar-Rum: 41).

Keempat: Akibat buruk dari dosa dan maksiat yang bersifat Syar’iyah, yaitu hukuman-hukuman had (baca: pidana) yang ditetapkan Allah untuk dosa dan maksiat, yang kesemuanya sangat mengerikan kalau kita renungkan.

Intinya, bahwa dosa-dosa dan kemaksiatan bisa mendatangkan hukuman yang bersifat Syar’iyah dan Qadriyah, atau bahkan Allah mengumpulkan keduanya terhadap sebagian hambaNya, dan Allah mengangkat keduanya dari orang yang bertaubat dan berusaha memperbaiki diri.

Saudaraku seiman ……………

Salah satu identifikasi yang harus kita lakukan untuk memetakan berbagai penyakit hati, dosa dan maksiat itu, adalah sebagaimana yang diuraikan Imam Ibnul Qayyim dalam buku ini, di mana beliau mengatakan bahwa dosa-dosa itu berbeda-beda tingkatannya dan begitu pula kerusakan yang di akibatkannya dan berikut hukuman yang akan ditimpakan kepada pelakunya di dunia maupun di akhirat. Dan secara garis besar dosa-dosa itu ada empat bagian:

Pertama, dosa dan maksiat yang bersifat mulkiyah. Ini adalah jenis dosa dan maksiat yang paling buruk, karena mulkiyah (berkuasa) itu hanya layak disandang oleh Allah Tuhan semesta alam, dan manusia dalam hal ini menyaingi Allah secara zhalim, seperti sikap sombong, angkuh, merendahkan manusia dan lain sebagainya. Termasuk dalam kategori ini adalah, kesyirikan terhadap Allah dan berkata atas nama Allah tanpa ilmu. Dan ini adalah jenis dosa-dosa yang paling besar dan paling berbahaya.

Kedua, dosa dan maksiat yang bersifat syaithaniyah, seperti: dengki, menolak tunduk kepada kebenaran, menipu, melakukan makar dan tipu daya, licik, menghalangi orang dari jalan kebenaran dan sebagainya.

Ketiga, dosa dan maksiat sabu’iyah (yang bersifat hewan buas), yaitu seperti: permusuhan, marah, menumpahkan darah manusia tanpa haq, menindas orang-orang lemah dan kaum papa; yang ujungnya cendrung kepada sikap berbuat zhalim.

Keempat, dosa dan maksiat yang bersifat hewaniyah, yaitu yang berkisar pada sikap melampiaskan syahwat dan hawa nasfu dan hanya mengejar dunia.

Dan semua dosa dan maksiat ini pada garis besarnya ada dua: (1). Syubuhat, dan (2). Syahwat. Syubhat berkisar pada dua pokok: syirik dan bid’ah, dan obatnya adalah dengan bersungguh-sungguh menuntut ilmu Syar’i dan berusaha mengamalkannya. Sedangkan  syahwat berkisar pada dua pokok: syahwat perut dan syahwat kemaluan, dan obatnya adalah: mujahadah yaitu, menggembleng diri dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala, melaksanakan perintah-perintahNya dan menjauhi larangan-laranganNya.

Saudaraku seiman …

Di awal buku ini, Imam Ibnul Qayyim  mengingatkan bahwa doa adalah salah satu usaha yang paling ampuh untuk mengobati penyakit hati dan kecendrungan kepada dosa dan maksiat adalah berdoa kepada Allah Ta’ala. Karena itu, Imam Ibnul Qayyim menguraikan masalah doa dan hal-hal yang menghalangi terkabulnya doa dengan sangat bagus di buku ini.

Dan penyakit atau dosa yang disoroti secara intensif oleh beliau adalah syirik; karena ini adalah induk dari semua keburukan.

Nah, pemetaan penyakit-penyakit hati dan dosa-dosa ini sangat penting, agar kita dapat mengobatinya secara terpola dan dengan langkah-langkah yang juga tepat. Dan karena itu, buku ini layak dibaca oleh semua kalangan.

Semoga Allah mendatangkan manfaat yang luas dengan buku ini dan melimpahkan rahmat bagi penulisnya dan semua pihak yang memiliki andil di dalamnya.

Informasi dan Pemesanan:

Telp. 021-84999585, SMS/WA. 0813 8236 1477

Atau Klik : Pesan Buku Terapi Syar’i

Loading

Home
Akun
Order
Chat
Cari