Judul asli: Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil Alim wal Muta’allim
Judul terjemah: Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim: Keutamaan Ilmu, Penuntut Ilmu, dan Ulama, serta Adab-Adab Menuntut Ilmu dan Mengajar
Penulis: Imam Badruddin Ibnu Jama’ah al-Kinani asy-Syafi’i
Tahqiq, takhrij, dan ta’liq: Muhammad bin Mahdi al-Ajmi
Pemesanan, Klik: TADZKIROTUS SAMI’ WAL MUTAKALLIM Keutamaan Ilmu, Penuntut Ilmu, dan Ulama Serta Adab-Adab Menuntut Ilmu dan Mengajar
KEDUDUKAN PENTING TEMA BUKU
Agama kita adalah agama yang berpijak pada ilmu. Oleh karenanya, di dalam al-Qur`an, Allah menyebutkan keutamaan orang-orang yang berilmu. Allah berfirman,
﴿يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ﴾
“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 4).
Orang-orang yang berilmu, atau yang sering diistilahkan sebagai para ulama, memiliki kedudukan yang mulia, bahkan saking mulianya, dikatakan dalam sebuah hadits bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Ini menunjukkan kepada kita akan pentingnya menjadi orang-orang yang berilmu dan meniti jalan menuju ke sana dengan cara belajar sungguh-sungguh, serta besarnya kedudukan dan kemuliaan ulama dan penuntut ilmu dalam agama kita.
Karena besarnya kedudukan dan kemuliaan ulama dan penuntut ilmu, dan karena mereka adalah teladan bagi umat, maka sudah sepatutnya mereka memelihara kehormatan dan kemuliaan mereka tersebut. Mereka harus memiliki adab-adab yang tentunya berbeda dengan adab-adab orang-orang kebanyakan.
Dan di antara buku yang bagus dalam mengulas adab-adab ulama dan penuntut ilmu adalah buku Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim, yang merupakan kitab agung, yang akan diketahui nilainya oleh siapa yang telah membacanya.
TENTANG PENULIS
Beliau adalah Abu Abdillah Badruddin Muhammad bin Ibrahim bin Sa’dullah bin Jama’ah bin Ali bin Hazim bin Shakhr al-Kinani al-Hamawi asy-Syafi’i (639-733 H), seorang ulama besar madzhab Syafi’i yang berpemikiran luas dan memiliki andil dalam berbagai bidang ilmu. Fatwa-fatwa beliau pernah diperlihatkan kepada Imam an-Nawawi, dan Imam an-Nawawi menilainya bagus.
Beliau memiliki banyak guru, di antaranya Ibnu Malik (wafat 672 H), sang penulis Alfiyyah yang fenomenal. Murid beliau juga berjumlah banyak, di antara yang terkenal adalah adz-Dzahabi (wafat 748 H), penulis Siyar A’lam an-Nubala`, dan Tajuddin as-Subki (wafat 771 H), penulis Jam’ul Jawami’. Beliau pernah menjabat sebagai hakim di al-Quds, Syam, dan Kairo. Beliau merupakan orang yang malang melintang dalam dunia kepengajaran. Pasalnya, beliau mengajar di banyak madrasah di Damaskus (Suriah) dan Kairo (Mesir), sehingga keilmuan beliau dalam dunia ilmu dan kepengajaran tak perlu diragukan.
TENTANG ISI BUKU
Buku ini mengulas tentang adab-adab yang harus dimiliki oleh ulama dan penuntut ilmu dan apa saja yang harus diperhatikan oleh pengajar dan murid. Penulis membagi pembahasan dalam buku ini ke dalam enam bagian: mukadimah dan lima bab.
Mukadimah: Pada bagian ini penulis menjelaskan sebab penulisan buku ini, sumber-sumber rujukan beliau dan metode penyusunan buku ini.
Bab pertama, tentang keutamaan ilmu dan ulama, keutamaan mengajarkan ilmu dan mempelajarinya. Pada bab ini, penulis menjelaskan tentang ayat-ayat, hadits-hadits, dan atsar-atsar dari kaum Salaf yang menerangkan tentang keutamaan ilmu dan ahli ilmu. Penulis juga menjelaskan alasan lebih utamanya menyibukkan diri dengan ilmu dibandingkan ibadah-ibadah sunnah.
Bab kedua, tentang adab-adab ulama. Bab ini terdiri dari tiga pasal:
Pasal pertama, tentang adab-adab ulama terhadap dirinya. Pada pasal ini, penulis menjelaskan tentang adab-adab apa saja yang harus dimiliki oleh seorang ulama pada dirinya sendiri. Beliau juga memberikan tips-tips untuk mengobati penyakit hasad, ujub, riya`, dan merendahkan orang lain.
Pasal kedua, tentang adab-adab ulama dalam kajiannya. Pada pasal ini, penulis menjelaskan tentang adab-adab apa saja yang harus disiapkan oleh seorang ulama dalam kajiannya, baik sebelum kajian, pada saat kajian, dan adab menutup kajian. Beliau juga menjelaskan tentang syarat duduk di kursi mengajar.
Pasal ketiga, tentang adab-adab yang harus dimiliki oleh seorang ulama bersama para muridnya, baik di dalam maupun di luar halaqah.
Bab ketiga, tentang adab-adab murid. Bab ini terdiri dari tiga pasal:
Pasal pertama, tentang adab-adab yang harus ada pada diri murid.
Pasal kedua, tentang adab-adab penuntut ilmu bersama syaikhnya, yang meliputi adab meminta izin kepada syaikh, adab duduk dan berbicara dengannya, adab mendengar ucapannya, adab berkhidmat kepadanya, adab berjalan bersamanya, dan lain sebagainya.
Pasal ketiga, tentang adab-adab murid dalam pelajaran, adab hadir dan duduk di halaqah, adab dengan hadirin di majelis, adab bertanya, adab membaca, adab dengan rekan-rekannya, dan lain sebagainya.
Bab keempat, adab berinteraksi dengan buku yang merupakan media ilmu, yang meliputi adab meminjam dan meminjamkan buku, adab menyalin buku, adab mengoreksi buku dan cara membacanya, adab menulis catatan kaki, mencoret, dan lain sebagainya.
Bab kelima, tentang adab tinggal di asrama madrasah bagi ulama dan penuntut ilmu, yang meliputi arahan memilih madrasah yang akan ditinggali, karakteristik pengajar dan pengawas, adab-adab yang harus dipegang di dalam asrama, hal-hal yang tidak patut dilakukan oleh penghuni asrama, sebagian adab yang patut dijaga di dalam halaqah pengajaran, dan bagaimana menutup majelis pengajaran.
Demi melengkapi pembahasan buku ini, pada bagian akhir buku, pentahqiq menambahkan dua tambahan pembahasan penting, yaitu:
Pertama: Pembahasan tentang penulisan hadits dan cara membacanya, serta adab-adab yang harus dimiliki oleh seorang rawi dan penuntut hadits, yang diambil dari kitab lainnya karya penulis, al-Manhal ar-Rawi.
Kedua: Syair Abu al-Hasan al-Jurjani. Syair ini dicantumkan di sini karena isinya sangat bernilai, sehingga ia menjadi buah bibir dan dilantunkan serta dihafal oleh para ulama, bahkan sebagian ulama sengaja mengajarkannya kepada murid-muridnya.
KELEBIHAN BUKU INI
Buku ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan cetakan lainnya, di antaranya:
1. Buku ini ditahqiq dengan mengacu kepada lima manuskrip, sehingga naskahnya lebih otentik.
2. Diberi sub-sub judul yang menjelaskan kandungan isi buku dan memudahkan untuk menelaahnya.
3. Hadits-haditsnya ditakhrij secara ringkas, sehingga pembaca bisa merujuk ke sumbernya, bila berkenan.
4. Bait-bait syair yang terdapat di dalamnya ditakhrij dengan menisbatkannya kepada penyair yang mengucapkannya.
5. Mencantumkan biografi ulama yang mungkin belum diketahui oleh sebagian pembaca.
6. Mencantumkan beberapa penjelasan Syaikh Shalih al-Ushaimi terhadap buku ini yang diambil dari kajian beliau.
7. Dicantumkan beberapa catatan pada beberapa tempat yang memang membutuhkan catatan.
8. Dilengkapi dengan dua tambahan pembahasan penting yang berkaitan dengan tema buku ini, sebagaimana disebutkan di atas.
PENUTUP
Buku ini layak untuk dibaca, dikaji, dan ditelaah, terutama oleh para penuntut ilmu dan para ulama, para murid dan para pengajar, para santri dan para kiayi, sehingga mereka mengetahui adab-adab apa saja yang harus dimiliki oleh mereka, agar kehormatan, kemuliaan, dan wibawa mereka tetap terjaga dan tidak pudar, karena apabila mereka sudah tidak menjaga adab, maka hilanglah wibawa ilmu dan jatuhlah kedudukan mereka di mata masyarakat, sehingga masyarakat tidak mau mendengarkan mereka, alih-alih mempercayai dan mengamalkan nasihat-nasihat agama mereka.
Ringkasnya, buku ini sangat cocok dijadikan panduan bagi siapa saja yang bergelut dalam dunia ilmu sebelum mereka memulai aktivitas mereka dan sebelum mereka memfokuskan diri ke dalam kegiatan belajar dan mengajar mereka, sehingga mereka bukan hanya tinggi dalam keilmuan mereka, tetapi juga tinggi dalam adab mereka. Mudah-mudahan Anda termasuk salah satu di antara mereka. Amin ya rabbal ‘alamin.
Pemesanan, Klik: TADZKIROTUS SAMI’ WAL MUTAKALLIM Keutamaan Ilmu, Penuntut Ilmu, dan Ulama Serta Adab-Adab Menuntut Ilmu dan Mengajar