Judul Asli : Az-Zaujaan Fii Khaimah as-Sa’adah; Maharat wa Wasa`il
Diberikan Pengantar dan direkomendasikan oleh:
1). Dr. Yahya bin Ibrahim al-Yahya
2). Prof. Dr. Ali bin Ibrahim az-Zahrani
3). Dr. Khalid bin Su’ud al-Hulaibi
4). Dr. Khalid bin Ibrahim ash-Shaq’abi
Pemesanan, Klik: Pesan Buku Suami Istri dalam rumah
URGENSI TEMA BUKU
Setiap orang pasti mengidamkan keluarga yang bahagia, berhampar kedamaian, bertabuar cinta dan kasih sayang. Akan tetapi, “mengidamkan” itu sama artinya dengan “angan-angan” atau “cita-cita”, yang akan bisa terwujud hanya dengan usaha dan kerja nyata. Lalu dari mana harus memulai? Yang pasti, salah satu yang paling mendasar adalah mengenal hakikat kebahagiaan yang sebenarnya, kemudian mengetahui hakikat jalan untuk menggapainya.
Kebahagian dan kedamaian hidup adalah sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah c Pencipta manusia, dan jalan untuk menggapainya juga jalan yang telah dibentangkan oleh Allah c Pengatur manusia. Menyimpang dari kedua hakikat ini, berarti bukan kebahagiaan hakiki yang diraih; dan kalau bukan kebahagian yang semu, pasti palsu atau hanya gejolak nafsu.
Setiap kita harus selalu ingat, bahwa di antara perkara paling penting dalam hidup ini adalah perhatian kepada keluarga dari berbagai sisi, pendidikan, pembinaan, penyuluhan, nasihat, dan sebagainya. Sebuah keluarga bisa bagaikan dihempas badai yang merobohkan bangunannya dan meruntuhkan pilar-pilarnya, yang terkadang hanya disebabkan oleh sesuatu yang sifatnya sepele dan tak berarti. Hal itu karena setan dan bala tentaranya dari kalangan jin, dan manusia berhasil memanfaatkannya, lalu suami-istri beranggapan bahwa perbaikan rumah tangga dan kembali ke relnya yang benar adalah sesuatu yang mustahil, tidak ada pilihan terbaik selain apa yang dibisikkan oleh setan yaitu merobohkan bangunannya sekalian dengan talak dan perceraian. Selanjutnya setan mempermudah, meringankan, dan menganggap enteng masalah perceraian bagi suami-istri, lalu keduanya menduga bahwa kebahagiaan adalah dengan perpisahan atau perceraian, dan lupa akibat dan dampak buruknya. Kemudian muncul kecemasan dan kegelisahan sesaat setelah perceraian terjadi, saat itu penyesalan tiada lagi berguna.
Dan di antara yang membuat setan dan bala tentaranya marah adalah upaya yang dilakukan oleh para pemerhati keluarga melalui bimbingan kepada keluarga dan mence-gah bahaya yang mengancam eksistensinya dengan memberikan pengobatan yang manjur terhadap penyakitnya dan menyuguhkan program-program khusus yang bisa menjamin kebahagiaannya dan menolak badai perselisihan darinya.
Dan inilah yang coba dilakukan oleh buku ini; inilah urgensi tema buku kita ini.
CUPLIKAN ISI BUKU SECARA RINGKAS
Sajian buku menempuh metode yang ringkas dan simpel, langsung ke inti masalah dalam kehidupan suami istri dan meyodorkan solusi dengan bahasa yang indah dan langsung menohok ke inti emosi pembaca, sehingga langsung tersadar dan tersenyum, insya Allah, sebagai tanda setuju. Sajian buku, benar-benar bagus dan akan menghenyakkan banyak pembaca, insya Allah; karena jauh dari bahasa pemaksaan dan menggurui, tetapi menyentuh relung hati. Buku ini akan membuat Anda tersenyum di hadapan berbagai pernik dan bahkan problem dengan pasangan hidup Anda; karena Anda yakin bisa mengatasinya.
Mari kita nikmati cuplikan berikut:
Tidak Ada Kebahagiaan Bagi Orang Seperti Ini
Sebelum menikah, seorang wanita ataupun pria mengimpikan kebahagiaan yang murni yang bersih dari segala apa yang mengganggu dan tidak ada suatu problem.
Ketahuilah! Bahwa inilah di antara penyebab terbesar kegagalan meraih kebahagia-an rumah tangga bahkan kedamaian hidup. Hal itu karena mengharapkan kebahagiaan se-perti itu, sama saja dengan mengharapkan suatu yang tidak pernah dan tidak akan pernah ada di dunia, bahkan mustahil; karena kebahagiaan seperti itu hanya ada di surga.
Karena itu, setiap orang yang akan memasuki gerbang pernikahan, harus menyada-ri bahwa suatu yang alamiah adanya perselisihan di antara suami-istri dalam batas-batas yang logis dan wajar. Tidak ada rumah yang bebas dari yang seperti ini, bahkan rumah tangga Nabi saw sendiri. Hingga para pakar ilmu-ilmu sosial berkata, “Rumah yang bersih dari perselisihan adalah rumah yang bermasalah.”
Bahkan sebagian dari mereka ada yang berkata, “Perselisihan dalam rumah tangga adalah garam bagi hubungan suami-istri, sehingga bila ia tidak ada, maka kehidupan sua-mi-istri kehilangan cita rasa dan menjadi hambar, sebagaimana bila ia terlalu banyak, akan merusaknya.”
Karena itu, yang paling penting adalah cara kita memandang problem itu. Dan selebihnya silahkan Anda selami di dalam buku ini.
Bukan Sekedar Hak & Kewajiban
Bangunan kehidupan suami-istri itu harus dibangun di atas dasar menjaga hak dan kewajiban. Kebahagiaan akan tergerus manakala masing-masing dari suami-istri hanya menuntut haknya semata. Tetapi, manakala mereka berdua memandang hidup berumah tangga itu adalah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan, kemudian baru dia menan-tikan pihak lain menunaikan hak-haknya, maka suami-istri telah menempuh suatu jalan paling cepat untuk mewujudkan kebahagiaan rumah tangga.
Tetapi kehidupan suami-istri tidak hanya berkaitan dengan masalah hak dan kewajiban saja, karena bila demikian, lalu di mana kebaikan dan kemuliaan dengan memberi yang lebih dari yang seharusnya? Camkanlah pesan Allah ini,
“Dan janganlah kamu melupakan kebaikan di antara kamu.” (Al-Baqarah: 237).
Hidup yang hanya terbangun di atas dasar hak dan kewajiban saja, adalah kehidu-pan yang gersang; di dalamnya tidak ada nuansa keindahan hidup.
Siapa yang menginginkan kebahagiaan, maka hendaklah memegang kendali untuk bersegera memulai memberi lebih, tanpa harus menunggu dari pihak lain, karena setan kadang berbisik kepada salah seorang dari kita, bahwa dirinyalah yang siap melakukan perbaikan, tetapi pihak lain tidak siap, sehingga dengan perasaan seperti itu setan menghalanginya untuk bersegera melakukan perbaikan, sehingga setan akan menari di atas penderitaannya, karena merasa keinginannya tersebut laksana bertepuk sebelah tangan.
Terimalah Teman Hidup Anda dengan Kodratnya
Suami harus memperlakukan istrinya sebagai seorang wanita, dan seorang istri juga harus memperlakukan suaminya sebagai seorang laki-laki, dengan memperhatikan sisi-sisi perbedaan dan kebutuhan, baik jasmani maupun rohani masing-masing. Hal itu, kare-na banyak problem rumah tangga, muncul karena kelalaian terhadap perkara ini. Seorang istri memperlakukan suaminya seolah-olah dia adalah salah seorang teman wanitanya, la-lu suami juga demikian.
Suami seharusnya menerima istrinya tetap sebagai seorang wanita, dengan tetap memperhatikan tabiat dan kecenderungannya, begitu pula istri harus menerima suaminya tetap sebagai seorang laki-laki yang menyukai dan cenderung kepada hal-hal yang disukai laki-laki pada umumnya.
Komunikasi Yang Baik Dan Saling Berterus Terang
Sekali lagi, perselisihan dan problem yang terjadi di antara suami-istri adalah alamiah, yang kadang muncul sebagai konsekwensei logis dari hidup berbaur dan ketergantungan masing-masing kepada pasangan hidupnya dalam banyak urusan hidup. Karena itu, sesuatu yang patut menjadi patokan di antara suami-istri adalah komunikasi yang saling berterusterang dengan tetap memperhatikan kaidah-kaidahnya, di samping itu memilih waktu yang sesuai untuk mengungkapkannya sehingga di sana ada kesiapan terlebih dahulu antara suami-istri sebagai awal untuk saling terbuka.
Bila suami-istri menyadari bahwa sikap saling terbuka yang seimbang, bisa menghilangkan amarah dalam dada dan menghapus celaan dalam jiwa, serta menguatkan ikatan hubungan di antara keduanya, sehinga jiwa mereka menjadi siap menerimanya, bahkan berbahagia karenanya dan menjadikannya, sebagai anak tangga untuk menggapai puncak kebahagiaan, maka ini adalah titik awal yang sangat baik untuk mengurai segala problem.
Namun, sikap saling berterus terang, tetap harus disampul dengan adab, dilandasi oleh cinta sehingga rasa getirnya menjadi ringan tertelan oleh pihak yang harus menerimanya. Juga hendaklah dilakukan dengan kata-kata indah yang menumbuhkan rasa saling menghargai, menambahkan rasa cinta dan memperbaiki keadaan, dengan izin Allah.
Kuncinya Sederhana
Masing-masing dari kita harus mencari hal-hal yang dicintai oleh pasangan hidupnya, untuk berusaha mewujudkannya, dan berinteraksi dengannya sesuai dengan keinginannya. Dan sebaliknya hendaklah juga berusaha mengetahui apa yang dia benci untuk menjauhinya dan tidak menyakitinya dengannya.
Dan akan sangat bagus bila masing-masing dari suami istri mengungkapkan apa yang disukainya dan apa yang tidak disukainya, baik sikap dan tindakan, pakaian, makanan, minuman, waktu istirahat dan lainnya, agar semua itu menjadi rambu-rambu yang kita jadikan petunjuk untuk membuat pasangan hidup kita menjadi ridha dan meraih hatinya.
Garis Merah yang Tidak Boleh Dilewati
Hubungan yang akrab di antara suami-istri, dan hidup di bawah satu atap dalam waktu yang panjang, akan mengungkap berbagai Rahasia dan keistemewaan yang hanya ada di antara mereka berdua. Karena itu, mereka berdua wajib menjaganya dan tidak membeberkannya kepada orang lain, karena membuka rahasia pasangan membuat runtuhnya kepercayaan pada pihak yang menyebarkannya. Bila kepercayaan di antara suami-istri sudah runtuh, maka itu memberitahukan akan kehancuran rumah tangga. Yang paling banyak harus diwaspadai oleh suami-istri adalah membuka rahasia saat keduanya menghadapi masalah tertentu.
Di antara rahasia kehidupan suami-istri, adalah keadaan ekonomi suami yang dia tidak rela dibuka kepada siapa pun; baik dalam keadaan kaya atau miskin.
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, Allah pasti menutupi aibnya di dunia dan akhirat.” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Jika penegasan terhadap masalah seperti ini saja dituntut, maka tentu apa yang terjadi di antara suami-istri di atas tempat tidur termasuk di antara yang paling penting dituntut demikian, sebagaimana Rasulullah a bersabda, “Sesungguhnya di antara manusia yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah di Hari Kiamat, adalah suami yang menggauli istrinya dan istri yang menggauli suaminya, kemudian si suami menyebarkan rahasia istrinya.”
Dan dalam suatu riwayat, “Sesungguhnya di antara amanat yang paling besar di sisi Allah di Hari Kiamat, adalah seorang suami yang menggauli istrinya dan istri juga menggauli suaminya, kemudian si suami menyebarkan rahasia istrinya.” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Maka hendaklah rahasia di antara mereka benar-benar disimpan, hingga kepada bapak ibu sekalipun.
Jangan Bungkus Kecurangan dan Egoisme Dengan Agama
Sebagian suami atau istri mengulang-ulang sebuah hadits atau bahkan sejumlah hadits Rasulullah a yang menjamin haknya dari pasangan hidupnya. Mereka berusaha mengetahui hak mereka lebih besar daripada kewajiban mereka. Padahal orang-orang seperti ini, pada kenyataannya adalah orang-orang yang egois, yang hanya mementingkan diri sendiri, dan sebagai eksesnya, salah seorang dari mereka; baik suami atau istri, tidak memiliki tempat di hati pasangannya (karena sikap egoisnya) tersebut.
Wahai suami, sesungguhnya orang yang bersabda, “Seandainya aku (boleh) memerintahkan sesuatu agar bersujud kepada sesuatu, niscaya aku telah perintahkan istri agar bersujud kepada suaminya. Demi Dzat yang jiwaku ada di TanganNya, seorang istri tidak menunaikan hak Tuhannya sehingga dia menunaikan hak suaminya“, adalah Nabi a,,,, yang juga telah bersabda, “Sesungguhnya aku mengharamkan hak dua orang yang lemah: Anak yatim dan istri.” Dan orang yang juga bersabda, “Saling berwasiatlah kalian untuk berbuat baik kepada kaum wanita.”
Dan Anda wahai istri, sesungguhnya orang yang bersabda, “Sebaik-baik kalian (kaum laki-laki) adalah yang terbaik bagi keluarganya“, adalah Nabi a,,, yang juga bersabda, “Kaum wanita kalian yang menjadi penghuni surga adalah wanita yang penuh cinta, banyak anak, dan membawa manfaat bagi suaminya, yang bila suaminya marah maka dia datang kepadanya hingga meletakkan tangannya pada tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak bisa merasakan tidur nyeyak sebelum engkau memaafkanku‘.”
Maka, hendaklah masing-masing dari suami-istri tidak menuntut haknya sementara dia tahu dirinya melalaikan dengan jelas apa yang menjadi kewajibannya.
Yang Menyibukkan Diri untuk Menang
Dalam Hal-hal Remeh adalah Pecundang
Orang-orang besar tidak terhalang oleh rintangan-rintangan kecil. Dan seperti itulah semestinya suami-istri dalam interaksi di antara mereka. Bila keduanya tidak menutup mata dan mengabaikan kesalahan-kesalahan kecil, maka saling mencela dan saling mengoreksi, akan menghancurkan keindahan kehidupan mereka, dan mereka berdua akan membawanya hingga ruang pengadilan yang sarat dengan tuntutan-tuntutan, yang di jalan menuju penyelesaiannya bagaikan batalion pasukan berbaris menanti, dan pengadilan hanya akan berakhir dengan perceraian atau menjadi beban hingga kematian menjelang.
Berbeda apabila prinsip yang mereka berdua tempuh dalam hal-hal semacam itu adalah toleransi dan mengabaikan, maka mereka berdua akan menemukan ketenangan dan kedamaian. Bila tidak demikian, maka mereka berdua akan lelah mengejar sesuatu yang mustahil, sebagaimana yang diucapkan seorang bijak,
“Bila engkau menyalahkan temanmu dalam segala urusan,
Lalu kamu tidak mendapatkan seorang pun
yang tidak kamu salahkan
Maka silakan hidup sendirian….”
Sikap mengabaikan kealpaan, melupakan, dan memaafkannya tanpa menyudutkan, tanpa menyisakan sesuatu dalam hati, adalah derajat yang tinggi. Bila suami-istri bersikap demikian, maka keduanya akan hidup bahagia, bertabur cinta dan kasih sayang.
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Sembilan dari sepuluh bagian keafiatan (keselamatan) itu terdapat dalam sikap mengabaikan dan memaafkan (kesalahan orang lain).”
PENUTUP
Buku ini diberikan pengantar oleh empat orang doktor yang dikenal pakar dalam mengentaskan masalah dan problem keluarga Muslim. Ke empat mereka memberikan testimoni dan sambutan yang fositif, yang dapat Anda baca di awal buku.
Ini hanya serpihan-serpihan yang kami pungut secara acak dari hamparan mutiara yang bertabur indah dalam buku ini. Adalah sulit untuk menggambarkan keindahan sajiannya secara utuh, dalam ruang resensi yang terbatas ini. Maka silahkan Anda baca dan nikmati dalam buku ini.
Buku ini tepat dibaca semua kalangan, untuk yang sudah berkeluarga atau yang akan menikah, Insya Allah.
Pemesanan, Klik: Pesan Buku Suami Istri dalam rumah