Darul Haq

RESENSI BUKU SIFAT SHALAT NABI Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam

Judul asli: Shifatu Shalat an- Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam min at-Takbir Ila at-Taslim Ka’annaka Taraha.

Judul terjemah: Sifat Shalat Nabi Seakan-akan Anda Menyaksikannya
Penulis: Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani
Penerjemah: Hanif Yahya, Lc.
Muraja’ah Terjemah: Editor Ilmiah DARUL HAQ
Penerbit: DARUL HAQ Jakarta
Tebal buku: 438 halaman
Ukuran buku: 14,5 x 20,5 cm
Harga: Rp. 50.000,-

SEKILAS TENTANG PENULIS

Beliau lahir di Albania, sebuah negara yang berada di tengah-tengah benua Eropa, yang kita kenal sebagai Septic tank peradaban. Dan salah satu ledakan sejarah yang pernah terjadi yang mengusik ketenangan orang-orang beriman dan orang-orang Shalih, adalah tindakan zhalim raja Albania yang ketika itu melakukan sekulerasi besar-besaran terhadap negara Albania dan mengekang Islam dan kaum muslimin. Karena itu, banyak kaum muslimin yang ingin melindungi agamanya hijrah ke berbagai belahan bumi Allah, demi menjaga akidah dan Iman mereka dari malapetaka fitnah tersebut. Dan salah satu keluarga yang pertama-tama berhijrah ke Syam (atau Suriah, sekarang, yang sedang dibebaskan oleh para mujahid dari kaum muslimin dari tangan Nushairiyah yang ditelah disepakati kesesatannya), ketika itu adalah keluarga seorang ulama, Haji Nuh Najati bersama keluarga beliau, yang salah satunya adalah al-Albani yang ketika itu masih anak-anak.

Sang Muhajir ini, al-Albani, kemudian mulai menimba ilmu di Syam, dan berguru kepada sejumlah ulama besar di sana, hingga menjelma menjadi seorang ulama besar yang fenomenal. Dan di antara yang membuktikan kedalaman ilmu beliau adalah karya tulis yang beliau yang luar biasa, baik kualitas maupun kwantitas. Secara kwantitas, beliau telah menorehkan tidak kurang dari 119 kitab, bahkan di antaranya ada yang berjilid-jilid. Dan salah satu bukti ketinggian beliau dalam ilmu hadits, salah seorang Imam besar Ahlus Sunnah wal Jama’ah di abad modern ini, syaikh Abdul Aziz bin Baz pernah berkata tentang beliau, “Saya tidak pernah melihat seorang ulama di Dunia di abad moderen ini, sealim al-Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albani.”

Bukti lain atas kedudukan beliau yang terpandang dalam ilmu Syari’at, beliau pernah menjadi guru besar disiplin ilmu Hadits di Universitas Islam Madinah al-Munawwarah. Beliau juga sempat menduduki berbagai posisi penting di dunia Islam, yang semua dapat Anda kaji di dalam biografi penulis yang kami sertakan dalam buku ini.

Dan salah satu bukti ketinggian ilmu beliau adalah buku kita ini. Dan sekedar informasi awal: buku ini, baik edisi aslinya dalam bahasa Arab maupun edisi terjemahan dalam berbagai bahasa dunia, adalah salah satu buku panduan sholat terbaik dan terlaris hingga saat ini di dunia Islam secara umum.

KEDUDUKAN PENTING BUKU INI

Shalat adalah ibadah yang agung dalam Islam, dan menempati urutan kedua setelah dua kalimat Syahadat. Bahkan Allah Ta’ala tidak menurunkan Syari’at Shalat ke bumi melalui malaikat Jibril sebagaimana halnya Syari’at-syari’at Islam lainnya, tetapi Allah memanggil langsung Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam untuk menghadap kepadaNya di Sidratil Muntaha, di langit ketujuh. Maka sekali lagi, Shalat adalah suatu yang amat penting dalam ubudiah seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Akan tetapi sebegitu penting ibadah yang satu ini, sangat disesalkan bahwa ternyata banyak dari kaum muslimin yang masih keliru dan salah dalam tata cara melaksanakan Shalat mereka. Di antara penyebabnya adalah karena banyak dari kaum muslimin yang mengikuti manhaj atau tata cara beragama yang tidak sesuai dengan apa yang telah digariskan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan dijalankan para ulama Salaf, yaitu mengembalikan segala sesuatu kepada al-Qur`an dan Sunnah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Banyak dari kaum muslimin yang masih ikut-ikutan kepada praktik yang dilihatnya dan bertaklid kepada para tokoh dan guru-guru. Kekeliruan-kekeliruan tersebut, amat jelas dan banyak terjadi, baik gerak-gerik , ucapan maupun bacaan.

Semua ini harus menyadarkan kita semua untuk bersegera mengoreksi Shalat kita, agar diterima oleh Allah sebagai amal shalih; karena seseorang beribadah tidak cukup hanya dengan ikhlas karena Allah, tetapi tata cara ibadahnya harus sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Nah, satu-satunya jalan untuk melakukan koreksi total, adalah mengkaji hadits-hadits Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam; tidak hanya dalam tata cara Shalat tetapi dalam semua ibadah amaliah; karena hanya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang menjadi teladan bagi kita dalam tata cara semua ibadah. Dan ini memang telah dilakukan oleh banyak para ulama. Akan tetapi hasil karya tulis mereka yang panjang dan menggunakan bahasa Arab, hanya bisa dinikmati oleh sekelompok kecil kaum muslimin. Maka sebagian ulama berusaha merangkum hal-hal penting sehingga menjadi praktis dan simpel dan mudah dipahami oleh semua kalangan.

Dan salah satu usaha terbaik dalam tema ini adalah buku ini; karena dengan sangat bagus menggambarkan tata cara Shalat Nabi, sejak dari takbir hingga salam seakan-akan Anda menyaksikannya langsung, sehingga mudah untuk diteladani.

SEPENGGAL CUPLIKAN UNTUK MENGGAMBARKAN ISI BUKU

Salah satu di antara yang paling menarik dalam buku ini, adalah sub tentang “Latar Belakang Penulisan Buku”, yang penulis ulas secara tuntas sebelum masuk kepada isi inti dari buku.

Penulis menjelaskan bahwa Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah memerintahkan kita semua umat Islam untuk mengerjakan Shalat sebagaimana yang beliau contohkan. Beliau bersabda,

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّي.

“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari).

Hadits ini sangat jelas menunjukkan bahwasanya setiap muslim wajib mencontoh Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam tata cara Shalat, dan sebaliknya, setiap muslim wajib meninggalkan semua bentuk bid’ah dan taklid buta kepada guru, madzhab maupun ajaran nenek moyang.

Dan berangkat dari kesadaran inilah, Syaikh al-Albani mengumpulkan hadits-hadits yang berkaitan dengan sifat atau tata cara Shalat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, sehingga muncul menjadi karya tulis yang menumental, setebal 1217 halaman dalam tiga jilid sedang, lengkap dengan takhrij ilmiah sebagaimana yang telah dibakukan oleh para ulama hadits, dan beliau memberinya judul: Ashlu Shifati shalat an-Nabiy…. Nah, buku inilah yang kemudian beliau rangkum secara apik, sehingga bagaikan satu narasi urut dan utuh yang sangat bagus dan jelas menggambarkan tata cara shalat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam; seakan-akan kita melihatnya langsung, dan beliau memberinya judul Shifatu Shalat an-Nabiy min at-Takbir Ka Annaka Taraha, dan inilah kitab asli dari buku kita ini.

Sebelum masuk dalam rincian praktis tata cara Shalat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, di bagian pengantar Syaikh al-Albani juga menjelaskan berbagai masalah penting seputar kewajiban berpegang kepada Sunnah Nabi. Beliau juga melengkapinya dengan bantahan terhadap berbagai syubhat yang terdengar santer di tengah masyarakat Muslim dunia, yang mencoba menolak kembali kepada Sunnah, baik dengan perkataan, tulisan maupun sikap. Rincian sajian beliau ini kemudian beliau kukuhkan dengan pernyataan dan pandangan ke empat imam madzhab, yaitu: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam asy-Syafi’i dan Imam Ahmad, tentang wajibnya meninggalkan pendapat dan perkataan siapapun demi mengikuti sunnah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Dan ini telah ditegaskan oleh Allah dalam al-Qur`an dengan FirmanNya,
artinya, “Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Tuhan kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya (yang mengajak kepada ajaran-ajaran lain).” (Al-A’raf: 3).

Pertama: Imam Abu Hanifah berkata, “Apabila hadits telah shahih, maka itu adalah madzhabku.”
Imam Abu Hanifah juga berkata, “Tidak halal bagi seseorang mengambil pendapat kami selama dia tidak mengetahui dari mana kami mengambilnya.”

Beliau juga berkata, “Apabila aku mengatakan suatu perkataan yang menyelisihi Kitabullah dan Hadits Rasulullah, maka tinggalkanlah perkataan (pendapat)ku.”

Bahkan Imam Abu Hanifah juga berkata, “Adalah haram bagi orang yang tidak mengetahui dalil yang aku jadikan dasar, untuk berfatwa dengan perkataan (pendapat)ku.”

Kedua: Imam Malik bin Anas berkata, “Tidak seorang pun selain Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam melainkan pendapatnya dapat diambil dan dapat pula ditinggalkan, kecuali Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, (maka perkataannya wajib diterima).”

Ketiga: Imam Asy-Syafi’i berkata, “Kaum muslimin telah ijmak (sepakat) bahwa siapa saja yang telah jelas baginya suatu Sunnah dari Rasulullah, maka dia tidak boleh meninggalkannya karena (mengikuti) perkataan seseorang (selain beliau).”

Imam asy-Syafi’i juga berkata, “Apabila sebuah hadits (terbukti) Shahih, maka itulah madzhabku.”
Bahkan lebih tegas dari itu, Imam asy-Syafi’i berkata, “Apabila kalian menemukan di dalam kitabku sesuatu yang berseberangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, maka berpendapatlah dengan Sunnah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam tersebut dan tinggalkan apa yang telah aku katakan.”

Di lain kesempatan, Imam asy-Syafi’i berkata, “Setiap masalah yang di situ terdapat hadits shahih dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menurut ahli riwayat, yang berseberangan dengan pendapat yang aku katakan, maka aku rujuk dari pendapatku tersebut, semasa hidupku dan setelah matiku.”
Keempat: Imam Ahmad berkata, “Janganlah kalian bertaklid kepada Imam Malik, Imam asy-Syafi’i, Imam al-Auza’i maupun Imam ats-Tsauri; tetapi ambilah dari mana mereka mengambil (yakni, al-Qur`an dan as-Sunnah).”

Bahkan Imam Ahmad berkata, “Janganlah kalian bertaklid kepada seorang pun dari mereka dalam masalah agamamu. Apa-apa yang bersumber dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat beliau, maka ambillah ia, sedangkan bila ia berasal dari tabi’in, maka seseorang memiliki kebebasan memilih.”

Berdasarkan ini, maka siapa saja yang berpegang kepada setiap Sunnah yang shahih dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dengan dalil yang jelas, sekalipun berseberangan dengan madzhabnya, maka pada hakikatnya dia tidak menentang para imam madzhabnya, akan tetapi justru dia telah meniti jalan lurus yang telah digariskan secara jelas oleh para imam itu. Hal itu karena tak seorang pun di antara para imam itu, kecuali mewajibkan kita semua untuk mengikuti Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda, perbuatan dan taqrir beliau.

Nah, inilah ruh pertama dan pondasi awal yang ingin digariskan oleh Syaikh al-Albani dalam buku ini, yaitu bahwa rangkaian tata cara Shalat yang beliau sajikan ini, murni beliau ambil dari tata cara shalat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang disaksikan oleh para sahabat beliau.

Berikut adalah cuplikan salah satu bagian dari tata cara Shalat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam buku ini:

TAKBIR

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam membuka shalat dengan mengucapkan, اَللّهُ أَكْبَر (Allah Maha Besar) [Diriwayatkan oleh Muslilm dan Ibnu Majah].

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, juga memerintahkan seorang sahabat yang tidak benar dalam Shalatnya, atau yang dikenal dengan al-Musi`i Shalatahu untuk mengucapkan takbbir, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Hurairah di awal, dan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bersabda kepadanya, “Sesungguhnya tidak sempurna Shalat seseorang hingga ia berwudhu, lantas meletakkan wudhu pada tempatnya, kemudian dia mengucapkan, ‘Allahu Akbar’.” [Diriwayatkan oleh ath-Thabranni dengan sanad yang shahih].

Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, juga bersabda, “Kunci Shalat adalah bersuci, tahrimnya adalah ucapan takbir (Allahu Akbar) dan tahlilnya adalah ucapan salam.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan at-Tirmidzi].

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, mengeraskan suara beliau dengan ucapan takbir sehingga dapat memperdengarkan(nya) untuk para makmum di belakang beliau.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Hakim].

“Jika beliau dalam keadaan sakit, maka Abu Bakarlah yang mengeraskan suaranya untuk memperdengarkan takbir beliau, kepada orang-orang (makmum).” [Diriwayatkan oleh Muslim].

Dan beliau bersabda, “Apabila mengucapkan, ‘Allahu Akbar’, maka ucapkanlah juga, ‘Allahu Akbar’.” [Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Baihaqi].

Mengangkat kedua tangan

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, terkadang mengangkat kedua tangan beliau besamaan dengan ucapan takbir.” [Diririwayatkan oleh al-Bukhari dan an-Nasa`i].

“Terkadang setelah takbir.” [Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan an-Nasa`i].

Dan “terkadang juga sebelum takbir.” [Diriwayatkan oleh alp-Bukhari dan Abu Dawud].

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangan dengan jari-jari direntangkan, tidak merenggangkan antara jari-jari tersebut dan tidak juga mengepalkannya.” [Diriwayatkan Abu Dawud dan lainnya].

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, menngangkat kedua tangan beliau hingga sejajar dengan kedua pundak beliau.” [Diriwayatkan oleh al-Bukharai dan an-Nasa`i]. Dan “terkadang beliau mengangkat keduanya hingga sejajar dengan (daun) kedua telinga beliau.” [Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Abu Dawud].

Meletakkan tangan Kanan di atas tangan kiri (bersedekap)

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tanggan beliau di atas tangan kiri beliau. [Diriwayatkan oleh Mjuslim dan Abu Dawud].

Dan beliau Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bersabda, “Kami para Nabi diperintahkan agar menyegerakan berbuka puasa, mengakhirkan makan sahur dan agar meletakkan tangan kanan kami di atas tangan kiri kami (bersedekap) dalam Shalat.” [Diriwayatkan oleh Iibnu Hibban dan adh-Dhiya` al-Maqdsisi].

Meletakkan kedua tangan di dada (saat bersedekap)

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, meletakkan tangan kanan beliau di atas punggung telapak tangan kiri beliau, juga (kadang) di atas pergelangan tangan kiri beliau, dan (kadang) pada lengan bawah kiri beliau.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa`i]. Dan “beliau terkadang menggenggam tangan kiri beliau dengan tangan kanan beliau.” [Diriwayatkan oleh an-Nasa`i dan ad-Daruquthni].

“(Dan dalam semua itu), Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam meletakkan kedua tangan beliau di dada.” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan lainnya].

Demikianlah, dari awal sampai akhir, dengan sangat indah merangkaian tata cara shalat Nabi seakan-akan benar-benar Anda melihatnya langung.

KEISTIMEWAAN EDISI TERJEMAH “DARUL HAQ”

1. Naskah asli yang kami terjemah dan kami terbitkan adalah edisi terbaru yang telah direvisi, yang Insya Allah memiliki kelebihan yang tidak didapatkan dalam terbitan lamanya.

2. Teks Arab dari al-Qur`an dan hadits serta semua riwayat, kami sertakan secara utuh, sehingga memudahkan pembaca mengambil faidah dari redaksi asli dari dalil bersangkutan.

3. Edisi terbitan edisi terjemah DARUL HAQ ini dilengkapi dengan beberapa perangkat ilmiah penting:

a. Gambar-gambar peraga untuk mensimulasikan beberapa tata cara Shalat yang kami anggap perlu menggambarkannya, agar menjadi lebih jelas, dan diletakkan di bagian belakang dengan meletakkan halaman rujukan silang untuk mencari narasi yang di simulasikan.
b. Edisi kami ini juga dilengkapi dengan panduan dzikir dan doa setelah Shalat, sesuai dengan yang disunnahkan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, yang dirangkum dari sumber-sumber yang diakui keshahihannya.
c. Panduan praktis tata cara berwudhu sesuai Sunnah Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang disusun oleh editor ilmiah DARUL HAQ dan juga dilengkapi dengan gambar-gambar peraga, agar sajian yang disuguhkan menjadi lebih jelas.

d. Edisi DARUL HAQ juga dilengkapi dengan biografi ringkas penulis, Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani, yang bertabur ibrah dan nasehat bagi yang mendambakan panutan dalam ilmu shahih dan amal shalih.
Sebagai akhir, kami sajikan salah satu edisi terjemah yang Insya` Allah paling lengkap dari buku yang sama, sehingga benar-benar memenuhi kebutuhan setiap muslim berkaitan dengan tata cara Shalat dalam satu genggaman. Ini adalah salah satu buku terbaik tentang sifat atau tata cara Shalat Nabi untuk kita teladani.

Pemesanan klik : Sifat Shalat Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam

Loading

Home
Akun
Order
Chat
Cari