RESENSI SIRAH MU’AWIYAH BIN ABI SUFYAN
DATA BUKU:
Judul Asli : Mu’awiyah Ibni Abi Sufyan; Syakhshiyatuhu wa ‘Ashruhu
Judul Edisi Terjemah : Episode Krusial Sejarah Islam, Muawiyah bin Abu Sufyan Prestasi Gemilang 20 tahun sebagai Gubernur dan 20 sebagai Khalifah, disertai Studi Kritis terhadap Fitnah-fitnah Yang Terjadi di Zamannya
Penulis : Dr. Ali bin Muhammad ash-Shallabi
Penerjemah : Izzuddin Karimi Lc.
Muraja’ah terjemah : Tim Editor Ilmiah Penerbit Darul Haq
Ukuran : 16 x 24,5 cm ( Hard Cover)
Tebal buku : 1076 halaman.
Harga per ekemplar : Rp.160.000.
URGENSI TEMA BUKU:
Setelah masa-masa keemasan Khulafa` Rasyidin, yang tegak di atas manhaj kenabian, muncul model baru pemerintahan Islam, dan tentang akan terjadinya perubahan model ini telah disebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sabda beliau dalam hadits shahih. Dan dalam masa ini terjadi berbagai peristiwa besar yang sangat menentukan dalam sejarah Islam. Inilah episode krusial Sejarah Islam, yang dari satu sisi telah menorehkan berbagai prestasi gemilang, tapi di sisi yang lain menyisakan berbagai permasalahan sejarah yang hingga kini masih menjadi catatan penting para ahli dan peneliti. Inilah yang diusung buku kita ini; tidak hanya mengulas biografi Mu’awiyah , tetapi juga berusaha meluruskan sejarah Islam yang telah dipalsukan oleh banyak pihak, terutama Agama Syi’ah dan orang-orang orientalis.
ISI BUKU SECARA UMUM:
Mua’wiyah adalah seorang sahabat yang utama dan mulia.
Dalam al-Qur`an, Mu’awiyah termasuk di antara orang yang disebutkan Allah dalam FirmanNya mengenai orang-orang yang ikut serta dalam Perang Hunain,
“Kemudian Allah memberi ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah telah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya…” (At-Taubah: 26).
Dan Mu’awiyah termasuk yang ikut serta dalam Perang Hunain, dan beliau termasuk di antara orang-orang Mukmin yang Allah turunkan ketenangan dariNya bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan Mu’awiyahy juga termasuk orang yang dijanjikan kebaikan oleh Allah Ta’ala dalam Surat al-Hadid: 10, di mana di samping ikut serta dalam perang secara langsung, beliau juga mengeluarkan infak untuk membiayai jihad di jalan Allah tersebut.
Dalam as-Sunnah, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah mendoakan Mu’awiyah Radiallahu anhu,
اللَّهُمَّ اجْعَلْهُ هَادِيًا مَهْدِيًّا، وَاهْدِ بِهِ.
“Ya Allah, jadikanlah dia seorang penyampai petunjuk yang mendapatkan petunjuk, dan berilah petunjuk (kepada orang-orang) dengannya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam at-Tarikh al-Kabir, at-Tirmidzi, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq, dan dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah, no. 1969).
Dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
أَوَّلُ جَيْشٍ مِنْ أُمَّتِيْ يَغْزُوْنَ الْبَحْرَ قَدْ أَوْجَبُوْا.
“Pasukan pertama dari umatku yang berperang di laut telah mewajibkan (diri mereka meraih surga).” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 2924).
Dan Mu’awiyahlah orang yang pertama kali memimpin pasukan laut Islam di zaman kekhalifahan Utsman bin Affan
Dan sejumlah perkataan ulama berikut mengukuhkan kedudukan tinggi Mu’awiyah y:
Imam Abdullah al Mubarak pernah ditanya, “Siapa di antara mereka berdua yang lebih utama: Mu’awiyah bin Abi Sufyan atau Umar bin Abdul Aziz?” Maka beliau menjawab, “Demi Allah, debu yang masuk ke lubang hidung Mu’awiyah bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallamlebih utama dari diri Umar seribu kali. Mu’awiyah ytelah shalat bermakmum kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, lalu Rasul mengucapkan, “Sami’allahu Liman Hamidah (Allah mendengar orang yang memujiNya)“, lalu Mu’awiyah berucap, “Rabbana Walakal Hamd (Wahai Rabb kami, segala puji hanya bagiMu)“; maka apa yang lebih utama setelah itu?” (Ini disebutkan dalam Wafayat al-A’yan dan asy-Syari’ah).
Al-Mu’afi bin Imran pernah ditanya, “Siapa di antara mereka berdua yang lebih utama: Mu’awiyah atau Umar bin Abdul Aziz?” Maka beliau marah dan berkata kepada orang yang bertanya itu, “Apakah kamu menyamakan seorang sahabat dengan seorang tabi’in? Dan lebih dari seorang sahabat, Mu’awiyah juga besan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, juru tulis dan kepercayaan beliau terhadap Wahyu Allah.” (Disebutkan dalam Tarikh Baghdad dan al-Bidayah wa an-Nihayah).
Dan masih banyak banyak lagi dalil lain baik dari as-Sunnah maupun ungkapan as-Salaf tentang kedudukan tinggi sahabat Mu’awiyah , yang dapat Anda temukan dalam buku kita ini. Dan termasuk di antaranya adalah bahwa Mu’awiyah y meriwayatkan banyak hadits secara langsung dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Mu’awiyah telah menjadi orang besar sejak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masih hidup, yaitu sebagai salah seorang di antara juru tulis wahyu bagi beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam; yang menunjukkan bahwa sahabat ini adalah seorang yang jujur dan amanah.
Di zaman kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq , Mu’awiyah telah diangkat menjadi salah seorang panglima penting dalam pasukan yang diberangkatkan Khalifah Abu Bakar untuk menaklukkan Syam.
Pada masa kekhalifahan Umar bin al-Khaththab , Mu’awiyah telah muncul menjadi sosok yang unggul dan bintang yang cemerlang, hingga khalifah Umar y menyerahkan Damaskus dan Ba’labak di bawah kepemimpinannya.
Dan di masa kekhalifahan Utsman , Mu’awiyah mencapai puncak pencapaian yang gemilang dan fenomenal. Pada masa itulah Mu’awiyah y berhasil menaklukkan banyak wilayah di negeri Syam, salah satu pusat kekuatan Romawi paling kokoh ketika itu. Dan di masa itu pula, untuk pertama kali, umat Islam berhasil membentuk pasukan angkatan laut yang hebat, dan ini sekali lagi adalah jasa Mu’awiyah bin Abu Sufyan .
Tetapi di lain sisi, dalam masa kekhalifahan Utsman inilah benih-benih fitnah dan percikan api malapetaka mulai muncul di tengah umat. Benarkah Utsman seorang yang nepotisme yang lebih mementingkan kerabat beliau? Benarkah Utsman memberikan para kerabatnya harta yang berlimpah dari harta kaum Muslimin? Benarkah beliau merubah sunnah-sunnah dua khalifah agung sebelumnya? Semua pertanyaan ini diulas secara ringkas dalam buku ini, karena memiliki hubungan erat dengan banyak peristiwa besar yang kemudian terjadi di zaman Mu’awiyah y, sehingga semua menjadi urut, sejak dari akar-akar masalahnya hingga tindakan yang dilakukan Mu’awiyah kemudian; yang akan mengajak kita untuk memastikan kesimpulan bahwa Utsman dan Mu’awiyah p adalah sama-sama khalifah yang bersih dan bebas serta jauh dari semua tuduhan dusta yang di alamatkan oleh agama Syi’ah.
Akan tetapi, kenapa akhirnya Utsman terbunuh? Apa yang sebenarnya terjadi? Dalam buku ini, tersirat jelas adanya tangan-tangan hitam yang bergerak dalam kegelapan zaman untuk menghancurkan kesatuan umat Islam. Paling tidak ada tiga kelompok yang paling bertanggung jawab: pertama, as-Saba`iyah, yaitu para pengikut Ibnu Saba`, seorang Yahudi yang berpura-pura masuk Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam. Kedua, Syi’ah, yang sebenarnya merupakan bentuk transformatif dari as-Saba`iyah. Dan ketiga, kelompok cikal bakal khawarij yaitu orang-orang Islam ekstrim (ghuluw) yang keluar dari ketaatan kepada khalifah dan jama’ah kaum Muslimin. Semua itu dengan peran masing-masing mereka, dapat Anda dalami dengan skema ilmiah yang apik di dalam buku kita ini.
Masalah lain yang sangat dominan dalam masa ini adalah mulai bermunculannya generasi baru, yaitu orang-orang yang baru masuk Islam dan ikut serta dalam berbagai jihad dan penaklukan Islam, sehingga muncul dalam jiwa mereka semacam perasaan superioritas dan jasa kepada Islam dan kaum Muslimin; dan sementara generasi dengan tipikal ini semakin menguat di tengah kaum muslimin pada umumnya, justru para sahabat Nabi generasi awal, satu demi satu mulai wafat, sehingga yang masih tersisa hanya sekelompok kecil sahabat awal dan para sahabat muda. Ditambah dengan kenyataan bahwa sebagian besar para sahabat telah keluar dari kota Madinah, dan terpencar di berbagai negeri kaum muslimin, sehingga suara mereka yang sebelum itu kokoh menyatu, menjadi seakan berdiri masing-masing. Kenyataan ini kemudian diperparah oleh banyaknya kelompok-kelompok munafik baru yang masuk Islam hanya karena melihat Umat Islam bergemilang kemenangan, sehingga akan mendatangkan keuntungan bagi mereka, dan kelompok model inilah yang sangat rentan menerima isu dan rumor, dan gampang tersulut isu negtif oleh fitnah.
Pergeseran peta ruh keislaman dalam episode ini, dengan berbagai ekses negatifnya, berhasil diungkap oleh buku kita dengan sangat baik. Sangat sayang bila Anda tidak mengkajinya.
Berikutnya, pada masa kekhaifahan Ali bin Abi Thalib , Mu’awiyah tidak mau berbai’at kepada khalifah Ali. Kenapa? Jawabannya, tidak bisa diringkas dalam resensi singkat ini. Maka silahkan Anda kaji di sini.
Dan sikap Mu’awiyah ini kemudian memicu berbagai peristiwa besar yang hingga kini terus menjadi bahan kajian banyak pihak. Dan buku kita dengan lengkap secara faktual dan dengan analisa yang kuat, mengulas semua yang terjadi dalam kurun waktu itu, tema demi tema, kasus demi kasus; sehingga berbagai peristiwa yang tampak bagaikan tumpukan fitnah yang acak dan tumpang tindih, menjadi terurai dan terpetakan dengan jelas.
Dalam bagian ini, Anda bisa mendalami berbagai rincian Perang Shiffin, dan berbagai peristiwa sebelum dan sesudahnya, yang jarang bisa kita temukan dalam rujukan-rujukan lain, karena telah melalui studi yang serius dan intensif. Dan apa saja faktor yang membuat kekuatan Syam yang berpihak pada Mu’awiyah semakin solid sementara kekuatan Irak yang ada di pihak Ali semakin lemah? Anda bisa temukan dalam buku ini.
Setelah khalifah Ali wafat dibunuh oleh seorang khawarij keji, kaum Muslimin membai’at putra beliau yang sekaligus cucu kesayangan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yaitu al-Hasan. Maka secara urutan, al-Hasan adalah khalifah ar-Rasyid yang kelima. Tetapi mengapa kemudian al-Hasan menyerahkan kekhalifahan kepada Mu’awiyah di Syam? Salah satu faktor yang menarik yang berhasil dibongkar dalam buku kita ini adalah karena al-Hasan y, di kemudian hari, mengetahui bahwa di antara orang-orang Kufah dan Bashrah, yang merupakan elemen paling dominan dari penduduk Irak, adalah para pengkhianat. Al-Hasan meyakini hal itu, karena dalam suatu pertempuran, justru yang menusuk al-Hasan sendiri secara khianat adalah orang-orang Kufah. Orang-orang Kufah inilah yang telah mencampakkan bapak beliau, Ali bin Abi Thalib, lalu orang-orang Kufah itu pula yang kemudian membai’at al-Hasan tetapi mengkhianati beliau, dan orang-orang Kufah itu pula yang di kemudian hari nanti mengajak untuk membai’at al-Husain tetapi mereka pulalah yang kemudian mencampakkan al-Husain sehingga berhasil dibantai secara keji bersama sejumlah anggota keluarga beliau. Jadi orang-orang yang sejak awal telah mengklaim kecintaan kepada keluarga Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebenarnya telah memperlihatkan kepada kita, kaum Muslimin bahwa mereka hakikatnya adalah orang-orang yang pengecut dan pengkhianat. Yang jelas, al-Hasan menyerahkan kekhalifahan kepada Mu’awiyah .
Sejak saat itu, Mu’awiyah y dibai’at oleh seluruh negeri kaum Muslimin, menjadi khalifah.
Di antara peristiwa penting yang terjadi di masa kekhalifahan Mu’awiyah , adalah wafatnya sahabat besar, Abu Hurairah . Dalam buku kita penulis melengkapi muatan buku ini dengan bantahan-bantahan yang akurat dan ilmiah terhadap berbagai syubhat dan tuduhan dusta terhadap pribadi agung sahabat Abu Hurairah . Penting dikaji semua orang.
Di antara prestasi gemilang Mu’awiyah :
- Gerakan Jihad yang efektif menghadapi kekuasaan Romawi, yang dikenal dengan Bizantium yang berpusat di Konstantinopel (atau Istanbul, sekarang), yang ketika itu merupakan palang pintu benua Eropa. Dan sekalipun Mu’awiyah gagal menaklukkan Konstaninopel, tetapi pasukan beliau berhasil mendepak Romawi dari seluruh wilayah Syam.
- Gerakan penaklukan yang paling spektakuler adalah keberhasilan Mu’awiyah menaklukkan Afrika Utara dan merebutnya dari kekuasaan Romawi, dan dalam pada itulah, komandan penaklukan Afrika Utara, Uqbah bin Nafi’ al-Fihri , berhasil mendirikan sebuah kota besar, yang kita kenal sampai saat ini dengan nama Qairuwan. Bahkan kemudian untuk waktu yang panjang, Qairuwan menjadi pusat peradaban dan keilmuan di Afrika Utara. Semua kisah-kisah penaklukan hingga ini kita melihat negeri-negeri muslim saat ini terbentang dari Mesir hingga ujung paling barat benua Afrika sana, dapat Anda nikmati dalam buku kita ini.
- Juga penaklukan ke arah timur hingga mencapai Khurasan, Sijistan dan negeri-negeri seberang sungai Jihun. Semua rinciannya ada di sini.
Dan selain jasa-jasa penaklukan, Mu’awiyah telah menorehkan banyak sekali prestasi besar, yang akan mementalkan setiap tuduhan miring apapun terhadap sahabat yang agung ini. Maka dengan membaca buku ini, kita menjadi yakin bahwa tuduhan-tuduhan Syi’ah terhadap beliau adalah omong kosong yang tidak punya level ilmiah.
Kemudian, di bagian-bagian akhir buku ini, yaitu setelah Mu’awiyah wafat, banyak peristiwa penting yang terjadi. Di antaranya:
* Perlu kita ingat bahwa semua para sahabat adalah orang-orang yang tsiqah dan ‘adil, tetapi tidak berarti mereka tidak pernah berbuat salah dan dosa. Dan salah satu kekeliruan yang dilakukan oleh Mu’awiyah y menurut sebagian ulama adalah membai’at putranya, Yazid, agar menggantikan beliau sebagai khalifah, padahal kala itu masih masih banyak para sahabat hebat yang masih hidup, seperti: Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin az-Zubair, al-Husain dan lainnya. Dan pemilihan khalifah harus berdasarkan Syura di antara kaum Muslimin.
* Lalu apa alasan-alasan yang menyebabkan Mu’awiyah mengedepankan putranya, Yazid, untuk menjadi khalifah? Ternyata Mu’awiyah memang memiliki alasan-alasan yang dibenarkan oleh para ulama. Semuanya dapat Anda kaji di sini; agar kita memiliki bashirah dalam memandang pribadi Mu’awiyah sebagaimana seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang utama dan sekaligus menempatkan sejumlah ijtihad beliau pada tempat yang benar.
Dan dalam masa pemerintahan Yazid inilah, cucu Nabi , al-Husain , terbunuh.
* Siapa yang bertanggung jawab atas terbunuhnya al-Husain ?
Di antara yang paling bertanggungjawab adalah orang-orang Kufah yang mengaku sebagai pembela beliau, yang berulang kali mengirim surat kepada beliau agar beliau segera datang ke Kufah agar mereka membai’at beliau, tetapi setelah beliau datang, mereka justru mencampakkan dan meninggalkan beliau bersama beberapa gelintir orang untuk kemudian dibunuh secara zhalim oleh musuh-musuh beliau, sebagaimana yang telah diisyaratkan sebelumnya.
Selain mereka ini terdapat sejumlah nama yang dinyatakan paling bertanggung jawab atas terbunuhnya al-Husain y. Siapa saja mereka? Temukan di sini.
* Yang paling menarik, apa sebenarnya yang menyebabkan hari terbunuhnya al-Husain , diperingati oleh Syi’ah sebagai hari yang utama dalam agama mereka? Rinciannya juga dapat Anda kaji di sini lengkap dengan bantahannya.
* Lalu di mana kepala al-Husain dimakamkan?
Setelah terbunuhnya al-Husain dan kepala beliau dipenggal, jauh hari setelah itu, khurafat tersebar luas di berbagai masyarakat, hingga tidak kurang dari enam kota besar di berbagai belahan bumi ini mengklaim bahwa kepala al-Husain dimakamkan di sana. Lucunya, masing-masing masyarakatnya kukuh dengan pendiriannya, bahwa kepala al-Husain di tempat keramat mereka. Ada yang mengatakan di Damaskus, Suriah; ada juga yang mengatakan di Karbala` dan ini hanya diklaim oleh pengikut agama Syi’ah yang hanya bersandar kepada riwayat seorang syi’ah. Lalu ada juga yang mengklaim bahwa kepala al-Husain dimakamkan di ar-Raqqah. Ada juga yang mengatakan di Asqalan, Palestina, dan ada juga yang mengatakan di Madinah. Mana yang benar? Yang dirajihkan oleh Syaikhul Islam adalah bahwa kepala al-Husain, dikirim ke Madinah dan dimakamkan di samping makam ibunda beliau, Fathimah. Rincian argumen masing-masing dan penelitian seksama mengenainya ada dalam buku kita ini.
PENUTUP:
Buku setebal ini memang sulit diringkas dalam resensi terbatas seperti ini untuk tetap bisa menggambarkan isinya secara penuh. Maka satu-satunya cara adalah Anda membacanya secara utuh. Patut dibaca semua kalangan. Semoga Allah Ta’ala senantiasa menambahkan hidayah ilmu dan hidayah taufik bagi kita semua.