Allah Ta’ala berfirman, “Manusia itu (dahulunya) adalah umat yang satu (di atas tauhid, lalu mereka berselisih di mana sebagian tetap bertauhid dan sebagian berbuat syirik), maka Allah mengutus para nabi sebagai para pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang membawa kebenaran, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. (Al-Baqarah : 59)
Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata, “Antara Adam dan Nuh adalah 1000 tahun, semuanya di atas Islam,” Diriwayatkan oleh al-Hakim, 2/546.
Imam Ibnul Qayyim berkata, “Inilah pendapat yang shahih tentang makna ayat ini.” Dan pendapat ini juga dishahihkan oleh Imam Ibnu Katsir. Dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/237.
Syirik pertama yang terjadi di bumi terjadi pada kaum Nuh saat mereka bersikap berlebih-lebihan terhadap orang-orang shalih, “Dan mereka berkata, ‘Jangan sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr’.” (Nuh: 23).
Al-Bukhari berkata dalam Shahihnya dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, “Semua ini adalah nama orang-orang shalih dari kaum Nabi Nuh ‘Alaihissalam, dan ketika mereka telah wafat (satu demi satu), setan membisikkan kepada kaum mereka agar menegakkan arca-arca di majelis-majelis mereka dan menamainya dengan nama-nama mereka. Mereka pun melakukannya dan belum disembah, hingga setelah mereka meninggal dan ilmu dilupakan, maka arca-arca itu pun disembah.”
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata, “Banyak dari as-Salaf yang berkata, Mereka adalah orang-orang shalih di kalangan kaum Nabi Nuh ‘AlaihisSalam, manakala mereka mati, orang-orang beri’tikaf di atas kubur mereka, kemudian mereka membuat arca-arca, manakala zaman berganti, maka mereka menyembahnya.” Ighatsah al-Lahfan, 1/184.
Dari atsar Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma yang diriwayatkan oleh al-Bukhari ini, tentang sikap kaum Nuh yang berlebih-lebihan terhadap orang-orang shalih di antara mereka, membuat arca-arca yang mereka pasang di majelis-majelis mereka, menunjukkan kepada kita bahaya arca atau gambar makhluk hidup, bahaya memasangnya di dinding, bahaya memasang patung-patung di jalan-jalan dan lapangan-lapangan, dan bahwa hal itu bisa menyeret kepada perbuatan syirik, pengagungan kepada arca dan patung meningkat, lalu menyeret kepada penyembahannya sebagaimana yang terjadi pada kaum Nabi Nuh Alaihissalam tersebut.
Dari sini, Islam mengharamkan gambar makhluk hidup dan melaknat pembuatnya, mengancamnya dengan ancaman paling berat, bahwa mereka adalah orang-orang yang paling berat siksanya di Hari Kiamat. Hal ini dalam rangka menutup jalan (sarana) kepada syirik dan menjauhi sikap menyaingi Allah dalam menciptakan.
Sumber : Panduan Lengkap Membenahi Akidah, hal. 60-61, Penerbit Darul Haq