JANGAN BERBANTAH-BANTAHAN (I)
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah atas RasulNya dan manusia pilihanNya.
Termaktub dalam Shahihain dari Abu Hurairah bahwa Nabi [Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala Alihi wa Sallam”]G[/Islamic] bersabda,
إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ، وَلاَ يَجْهَلْ
“Jika salah seorang kalian berpuasa, janganlah berkata keji dan berbuat bodoh.”
Menurut riwayat Sa`id bin Manshur dari jalan Suhail bin Abi Shalih, dari ayahnya:
فَلاَ يَرْفُثْ، وَلاَ يَجْادِلْ
“Janganlah ia berkata keji dan jangan pula berbantah-bantahan.”
Dalam riwayat ini berisi bimbingan kepada etika yang agung, yaitu tidak berdebat, dan bahwa itu ditekankan bagi orang yang berpuasa.
Seandainya jiwa berpegang dengan etika tersebut, niscaya terjadi banyak kesepakatan dan perselisihan semakin berkurang.
Siapa yang melihat hal ihwal manusia, ia akan melihat bahwa banyak berdebat adalah kebiasaan kebanyakan mereka. Anda me-lihat mereka berbantah-bantahan pada setiap masalah kecil dan besar, bukan untuk mengambil kemaslahatan, bukan untuk meno-lak mafsadah, bukan pula untuk mencapai kebenaran dan kemudi-an berpegang padanya. Tetapi hanya sekedar senang berdebat, berbantah-bantahan, menunjukkan kelebihan dan membuat sedih orang lain.
Tidak diragukan lagi bahwa itu membawa kepada permusuhan, menyebabkan fanatisme dan mendorong untuk mengikuti hawa nafsu.
Adapun jika perlu kepada perdebatan dan perdebatan tersebut didasari dengan ilmu dan keadilan, dengan cara yang lebih baik dan berkeinginan mencapai kebenaran, maka itu tidak mengapa.
Adapun selain itu adalah tercela dan wajib bagi manusia untuk meninggalkannya, selama dia mampu, karena memang sulit bagi manusia menjaga lisan saat berbantah-bantahan.
Pembicaraan ini ada kelanjutannya. Semoga shalawat dan sa-lam terlimpah atas Nabi kita Muhammad.
JANGAN BERBANTAH-BANTAHAN (II)
Segala puji bagi Allah, pujian orang-orang yang bersyukur. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah atas pemimpin orang-orang yang bertakwa dan panutan manusia semuanya, Nabi kita Muhammad [Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala Alihi wa Sallam”]G[/Islamic], dan keluarganya serta para sahabatnya semuanya.
Pembicaraan yang telah lalu berkisar tentang adab berpuasa, yaitu meninggalkan perbantahan.
Pembicaraan di sini adalah untuk menyempurnakan pembicaraan sebelumnya dan mengemukakan atsar-atsar yang datang dari para salaf yang memperingatkan tentang bahaya berbantah-bantahan.
Ibnu Abbas berkata, “Anda telah berbuat zhalim selagi anda tetap berbantah-bantahan dan anda telah berdosa selagi anda tetap berkata dusta.”
Al-Auza’i berkata, “Jika Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum, maka Dia menjadikan mereka selalu berdebat dan menghalangi mereka untuk beramal.”
Umar bin Abdul Aziz berkata, “Barangsiapa menjadikan agamanya sebagai tujuan untuk berbantah-bantahan, maka ia banyak berpindah-pindah.”
Muhammad bin Ali bin Husain berkata, “Perbantahan akan menghapus agama dan menumbuhkan permusuhan di hati manusia.”
Ja`far bin Muhammad berkata, “Hati-hatilah kalian terhadap perdebatan, sebab ia akan melalaikan hati.”
Pembicaraan ini ada kelanjutannya. Shalawat dan salam se-moga terlimpah atas Nabi kita Muhammad [Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala Alihi wa Sallam”]G[/Islamic]
JANGAN BERBANTAH-BANTAHAN (III)
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah atas Rasulullah Muhammad [Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”]z[/Islamic].
Pembicaraan sebelumnya berkisar seputar adab berpuasa, yaitu menjauhi perdebatan.
Sudah sepantasnya kita, wahai orang-orang yang berpuasa, memahami pelajaran ini dan berpegang teguh dengan adab ini. Lalu kita menjauhkan diri kita dari perdebatan, kedustaan dan permusuhan.
Sudah sepantasnya pula kita memakmurkan majlis-majlis kita dengan sesuatu yang manfaatnya akan kembali kepada kita dalam urusan agama kita dan dunia kita. Kita juga wajib berusaha untuk menyatukan kata kita dan mengetahui bagaimana kita berselisih sebagaimana kita mengetahui bagaimana kita bersepakat.
Jika kemudian terjadi perselisihan sekitar persoalan tertentu, maka kita harus memiliki jiwa obyektif dan masing-masing dari kita mencintai saudaranya sebagaimana mencintai diri sendiri. Sebab itu lebih dekat kepada ketakwaan, meniadakan ketidak-ramahan dan permusuhan serta mendatangkan kasih sayang, belas kasih dan kedekatan.
إِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ، وَلاَ يَجْهَلْ، وَلاَيَصْخَب، وَلاَ يُجَادِلْ.
“Jika salah seorang kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata keji, berbuat bodoh, berbuat keributan dan berbantah-bantahan.”
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah atas Nabi kita Muhammad [Islamic phrases=”Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”]z[/Islamic].
Sumber : Pesan-pesan Ramadhan – Muhammad Ibrahim al-Hamd
Buku-buku Membahas tentang Puasa :
- Panduan Praktis Berpuasa – Muhammad Shalih Al-Munajjid
- Kumpulan Puasa Sunnah & Keutamaannya
- Fiqh Muyassar
- Minhajul Muslim-Konsep Hidup Ideal Dalam Islam
- Mukhtashar Minhajul Qashidin – Meraih Kebahagiaan Hakiki Sesuai Tuntunan Ilahi