مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan, kemudian mengiringinya dengan enam hari di Bulan Syawal, maka itu seperti puasa setahun (penuh).”
Diriwayatkan oleh Muslim, No. 1164.
Dalam membiasakan diri berpuasa setelah Ramadhan terdapat banyak faidah, di antaranya:
✅ Pertama, bahwa puasa enam hari di Bulan Syawal setelah Ramadhan melengkapi pahala puasa setahun penuh, sebagaimana telah dijelaskan di atas.
✅ Kedua, bahwa puasa Syawal dan Sya’ban adalah seperti shalat sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat fardhu, sehingga dengan hal itu menjadi sempurnalah kerusakan dan kekurangan yang terdapat dalam ibadah fardhu; karena ibadah-ibadah fardhu itu akan disempurnakan dengan ibadah-ibadah sunnah pada Hari Kiamat, sebagaimana hal itu telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari banyak jalan periwayatan. Dan kebanyakan manusia dalam puasa wajibnya sering terdapat kekurangan dan kerusakan, sehingga dia memerlukan amalan-amalan yang dapat menutup dan menyempurnakannya.
✅ Ketiga, bahwa membiasakan diri berpuasa setelah puasa Ramadhan merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan; karena sesungguhnya Allah Ta’ala apabila menerima amal seorang hamba, maka Dia akan memberinya taufik untuk melakukan amal shalih yang lain setelahnya; sebagaimana salah seorang di antara mereka berkata, “Balasan kebaikan adalah kebaikan setelahnya.” Maka barangsiapa melakukan suatu kebaikan, kemudian dia mengiringinya dengan kebaikan lagi setelahnya, maka itu adalah tanda diterimanya kebaikan yang pertama; sebagaimana orang yang melakukan suatu kebaikan, kemudian dia mengiringinya dengan suatu keburukan, maka itu adalah tanda ditolaknya dan tidak diterimanya kebaikan tersebut.
✅ Keempat, bahwa puasa Ramadhan memastikan diampuninya dosa-dosa yang telah berlalu; dan bahwa orang-orang yang berpuasa Ramadhan akan disempurnakan pahala mereka pada hari raya Idul Fitri, yaitu hari pemberian karunia. Maka membiasakan diri berpuasa setelah hari Idul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini, di mana tidak ada nikmat yang lebih besar daripada diampuninya dosa-dosa.
✅ Kelima, bahwa amal-amal yang biasa dilakukan oleh seorang hamba sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhannya pada saat Bulan Ramadhan, itu semua tidak akan terputus karena selesainya Ramadhan, bahkan amal-amal itu akan tetap ada setelah selesai Ramadhan selama hamba tersebut masih hidup.
Dikatakan kepada Bisyr Rahimahullah, “Ada beberapa orang yang beribadah dan bersungguh-sungguh di Bulan Ramadhan.” Beliau berkata, “Seburuk-buruk orang adalah orang yang tidak mengenal Allah dengan sebenarnya kecuali di Bulan Ramadhan. Sesungguhnya orang shalih adalah orang yang beribadah dan bersungguh-sungguh sepanjang tahun.”
📡Free Share
Semoga Bermanfaat