Akidah yang shahih lagi lurus melebur kesalahan-kesalahan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan beliau menghasankannya, dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الْأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لَا تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لَأَتَيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً.
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai anak cucu Adam, seandainya kamu datang kepadaKu dengan membawa kesalahan-kesalahan sepenuh bumi, kemudian kamu bertemu denganKu (meninggal dunia) dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatu pun denganKu, niscaya Aku memberimu ampunan sepenuh bumi itu juga’.”
Allah Ta’ala mensyaratkan diraihnya ampunan dengan bersihnya akidah dari syirik, baik yang banyak maupun yang sedikit, yang besar maupun yang kecil. Barangsiapa demikian, maka dia adalah pemilik hati yang bersih.
Orang-orang yang bertauhid secara murni yang tidak terkontaminasi syirik itu sangat bisa dimaafkan. Seandainya seorang yang bertauhid yang sama sekali tidak berbuat syirik bertemu dengan Tuhannya (meninggal dunia) dengan membawa kesalahan-kesalahan sepenuh bumi, niscaya Tuhannya menyambutnya dengan ampunan sepenuh bumi juga.
📗 Sumber: Panduan Lengkap Membenahi Akidah, hal. 8, Penerbit Darul Haq