Abu Rafi’ berkisah, Aku sedang duduk di samping sumur Zamzam sambil membuat beberapa buah anak panah, di sisiku duduk pula Ummu al-Fadhl.
Kala itu berita kemenangan kaum Muslimin yang sampai kepada kami, membuat kami bersuka cita.
Tiba-tiba Abu Lahab datang menyeret kedua kakinya untuk niat jahat hingga duduk di sisi bilik.
Saat itu posisi punggungnya membelakangi punggungku.
Manakala dia duduk-duduk demikian, tiba-tiba orang-orang berkata, “Ini dia Abu Sufyan bin al-Harits bin Abdul Muththalib telah datang.”
Lalu Abu Lahab berkata kepadanya, “Kemarilah, sungguh kamu pasti membawa berita!”
Lalu Abu Sufyan duduk di dekatnya sementara orang-orang berdiri mengerumuninya.
Maka, Abu Lahab berkata lagi, “Wahai anak saudaraku! Tolong beritakan kepadaku apa yang telah terjadi terhadap orang-orang kita?”
Dia menjawab, “Yah, begitu kami berjumpa dengan kaum Muslimin, maka seakan kami menyerahkan pundak-pundak kami untuk mereka bunuhi sekehendak mereka dan menawan kami sekehendak mereka.
Demi Allah, sekalipun demikian aku tidak mencela orang-orang kita. Karena kami dihadang orang-orang putih penunggang kuda bercak-bercak di antara langit dan bumi.
Demi Allah, tidak ada sesuatu pun yang mereka sisakan dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menghentikan mereka.”
Abu Rafi’ melanjutkan, “Maka aku mengangkat atap bilik sumur Zamzam dengan tanganku seraya berkata,
‘Demi Allah, itu adalah malaikat!’
Mendengar itu Abu Lahab mengangkat tangannya lalu menampar wajahku dengan tamparan yang keras, maka aku menerkamnya namun dia berhasil menangkap dan memikulku lalu menghempaskanku ke tanah, kemudian menduduki tubuhku sambil memukuliku.
Kala itu, aku seorang laki-laki yang lemah.
Melihat itu Ummu al-Fadhl yang ada di situ beranjak ke arah salah satu tiang bilik, lalu dia mencopotnya lantas memukulkannya kepada Abu Lahab hingga membuat kepalanya luka menganga.
Lalu Ummu al-Fadhl berkata kepadanya, ‘Engkau berani menganiayanya manakala tuannya tidak ada di sisinya.’
Maka dia pun berlalu dalam keadaan terhina dan malu.
Demi Allah, dia hanya bertahan hidup tujuh hari saja setelah itu. Selanjutnya Allah menimpakan kepadanya penyakit ‘Adasah, lalu mengakhiri hidupnya.
‘Adasah adalah bisul yang tumbuh di sekujur badan dan orang Arab menganggapnya penyebab kesialan.
Lalu anak-anaknya membiarkannya hingga tiga hari, tidak mendekati jenazahnya dan tidak ada yang berusaha menguburkannya.
Tatkala mereka khawatir dicela karena membiarkannya, mereka pun menggali lubang untuknya, kemudian mendorongnya dengan sebuah ranting kayu ke lubang tersebut, lalu mereka melemparinya dengan batu dari kejauhan hingga tumpukannya menguburnya.
📗Sumber: Sirah Nabawiyah
Perjalanan Hidup Rasul yang Agung MUHAMMAD Shallallahu ‘alaihi wa sallam Sejak Kelahiran Hingga Detik-detik Terakhir, Hal. 319, Penerbit Darul Haq.
📲 Silakan dibagikan, semoga bermanfaat