Darul Haq

RESENSI BUKU SYARAH LUM’ATUL I’TIQAD

DATA BUKU

Judul asli                       : Syarh Lum’atul I’tiqad al-Hadi Ila Sabilir Rasyad

Judul Terjemah           : SYARAH LUM’ATUL I’TIQAD; Penjelasan Tuntas Pokok-

pokok Akidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah Yang Banyak Umat   Islam Tergelincir di Dalamnya

Penulis Matan              : Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi

Penulis Syarah (1)       :  Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin Rahimahullaahu

Penulis Syarah (2)       :  Syaikh Dr. Shalih al-Fauzan Hafidhahullaahu

Tahqiq dan takhrij      : Syaikh Dr. Asyraf Abdul Maqshud

Penerjemah                  : Izzuddin Karimi, Lc

Tebal buku                   : 588 hal (HARD COVER)

Ukuran                          : 16 cm x 24,5 cm

Harga                            : Rp.130.000 / eksemplar

URGENSI TEMA BUKU

Untuk ke sekian kali, kami ungkapkan bahwa masalah paling serius yang dihadapi kaum Muslimin dalam sepanjang sejarahnya adalah tidak terbangunnya akidah secara baik dan benar, sehingga banyak kaum Muslimin yang tergelincir dalam masalah-masalah akidah yang serius. Maka bukanlah suatu yang asing bila seorang doktor sekalipun kadang ngawur ketika berbicara masalah akidah.

Lebih dari itu di setiap zaman selalu ada orang-orang munafik yang mengotak atik akidah Islam. Akan tetapi, al-Hamdulillah, bersama itu Allah juga memunculkan ulama mujahid yang menghadapi mereka, meluruskan dan membantah mereka, sehingga hujjah tetap tegak dengan akidah Islam yang murni terhadap manusia, sehingga tidak akan ada alasan yang diterima bila ada di antara manusia yang memilih kesesatan.

Ada banyak poin dalam Akidah Islam di mana banyak oknum dan kelompok umat ini tersesat di dalamnya. Sebagai contoh umum: Golongan Qadariyah dikenal menganut doktrin yang sesat dalam Qadha` dan Qadar, yang pernah disabdakan Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam dari jauh-jauh hari,

“Al-Qadariyah adalah Majusi umat ini; jika mereka sakit, janganlah kalian menjenguknya dan jika mereka mati, janganlah kalian melayatinya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibnu Majah, al-Baihaqi, ath-Thabrani, Ibnu Abi Ashim, dan lainnya dan dinyatakan hasan oleh al-Albani rahimahumullah).

Golongan Mu’tazilah dikenal dengan doktrin sesatnya yang lebih mendahulukan nalar daripada nash al-Qur`an dan as-Sunnah serta menolak hadits-hadits ahad dalam akidah, dan ini mengantarkan golongan ini tersesat dalam jumlah besar dari pokok-pokok akidah Islam, dan ini pula yang menyebabkan mereka mengingkari adanya azab kubur. Contoh lainnya adalah doktrin pokok golongan Khawarij yang memvonis kafir setiap Muslim yang terjatuh dalam perbuatan dosa besar. Yang lebih sesat dari itu adalah doktrin agama Syi’ah yang menyatakan bahwa semua sahabat Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam murtad kecuali beberapa gelintir orang. Yang terakhir ini sangat berbahaya, sebab ujungnya adalah semua ajaran agama yang kita wariskan dari para sahabat yang selama ini dipegang teguh oleh kaum Muslimin menjadi gugur, tak berguna.

Para ulama Ahlus Sunnah menyimpulkan bahwa bid’ah-bid’ah akidah sampai tahap ini masih berkaitan dengan hak Muslim, yang dikenal dengan istilah “Mas`alah al-Asma` wa al-Ahkam (nama-nama dan hukum-hukum)”, yaitu berkaitan dengan oknum kaum Muslimin apakah dinamakan Muslim atau kafir dan hukumnya kekal di dalam neraka atau tidak, yakni yang berkaitan dengan manusia atau hamba. Pada tahap berikutnya, bid’ah akidah yang muncul adalah berkaitan dengan Dzat Allah Yang Maha Agung. Pada tahap inilah pertama kali muncul oknum-oknum atau kelompok-kelompok yang mulai berani mengotak-atik hal-hal baku berkaitan dengan Dzat Allah, Rabbul Alamin; berkaitan dengan nama-namaNya, sifat-sifatNya, dan sebagainya.

Dan buku kita ini, fokus mengkaji masalah-masalah akidah di mana golongan-golongan yang menyempal dalam Islam tersesat di dalamnya, yang sebagiannya telah disebutkan tadi. Maka jika Anda bertanya apa saja kesesatan golongan-golongan yang menyempal dari Ahlus Sunnah? Dan bagaimana akidah yang haq? Maka buku kita ini adalah jawaban yang tepat, yang Insya Allah, adalah hujjah atas orang-orang yang menyimpang, baik dalam Tauhid al-Asma` was Shifat, masalah bid’ah, masalah Qadha` dan Qadar, masalah menghormati dan mencintai para sahabat, masalah kewajiban taat kepada pemerintah dan lain sebagainya, yang dapat Anda kaji dengan dalil-dalilnya di dalam buku kita ini. Sehingga buku kita ini sebenarnya adalah jawaban terhadap berbagai penyimpangan dalam akidah sekaligus penegasan akidah Islam yang wajib dipegang setiap Muslim.

TENTANG PENULIS MATAN

Matan Lum’atul I’tiqad, yang merupakan dasar dari buku kita ini, ditulis oleh Imam Abu Muhammad, Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah al-Maqdisi. Beliau digelari oleh para ulama dengan Muwaffaquddin atau al-Muwaffaq. Beliau adalah salah seorang di antara ulama-ulama besar dan fenomenal yang telah mengabdikan hidupnya dalam melayani Agama Allah ini. Ketinggian kedudukan beliau dalam ilmu dan Agama, termasuk di antara barisan ulama-ulama yang utama, hingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memuji beliau dengan berkata, “Tidak ada orang yang pernah masuk ke negeri Syam –setelah Imam al-Auza’i— yang lebih fakih dari Syaikh al-Muwaffaq.” Al-Hafizh Ibnu Katsir Rohimahulloh berkata tentang Imam Ibnu Qudamah, “Beliau adalah Syaikhul Islam dan seorang imam yang pintar. Tidak ada seorang pun di masa beliau, bahkan beberapa masa sebelum beliau, yang lebih fakih dari beliau.”

Di antara karya tulis agung, selain matan yang tengah kita bicarakan ini, yang menjadi rujukan dunia hingga kini, adalah al-Mughni, al-Kafi, al-Uddah, al-Umdah, dan al-Muqni’. Dan di samping tema-tema fikih, beliau juga menulis kitab dalam disiplin  ilmu akidah, ushul fikih dan hadits. Semuanya dapat Anda telaah dalam pengantar buku kita ini.

TENTANG PENULIS SYARAH 

Pertama: Imam Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah.

Beliau bukanlah seorang yang asing bagi para penuntut ilmu. Beliau ini adalah salah seorang di antara sedikit ulama besar yang muncul sebagai rujukan utama di abad modern ini. Dan di antara faktor penting tumbuhnya beliau menjadi seorang ulama besar bahkan imam kaum Muslimin adalah beliau sempat berguru kepada ulama-ulama besar, seperti: al-Allamah Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di rahimahullah dan Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullah.

Beliau kemudian dikenal sebagai seorang yang gigih dan teguh di jalan dakwah, yang mengabdikan seluruh hidup beliau untuk melayani Agama Allah. Beliau mengajar di berbagai tempat, memberikan fatwa-fatwa, mengisi berbagai kajian dan ikut menangani berbagai Problem kaum Muslimin. Dan di antara bukti nyata dari tingginya kedudukan beliau dalam Agama dan ilmu adalah banyaknya karya tulis yang beliau tinggalkan bagi kaum Muslimin.

Kedua: Syaikh al-Allamah Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah.

Begitu juga al-Allamah Dr. Shalih al-Fauzan, seorang ulama besar yang mumpuni, dan karena begitu gigihnya beliau membela akidah Ahlus Sunnah hingga saat ini,  beliau digelari dengan Hurras al-Aqidah yang bermakna, penjaga akidah.

ISI BUKU SECARA UMUM

Di bagian awal buku kita ini, pentahqiq mencantumkan kaidah-kaidah penting dalam masalah al-Asma` wa ash-Shifat, yang merupakan prinsip-prinsip pokok dalam mengkaji Tauhid Asma` was Shifat. Secara singkat adalah sebagai berikut:

  1. Kewajiban terhadap dalil-dalil al-Qur`an dan as-Sunnah adalah menetapkannya sebagaimana zahirnya dan tidak memalingkannya; karena Allah menurunkan al-Qur`an dengan bahasa Arab yang jelas dan Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam juga berbicara dengan bahasa Arab yang jelas.
  2. Semua nama-nama Allah adalah husna (bagus dan indah).
  3. Nama-nama Allah tidak terbatas dengan jumlah tertentu.
  4. Setiap nama Allah menunjukkan kepada Dzat Allah, sifat yang dikandungnya, dan pengaruh yang diakibatkannya.
  5. Semua sifat-sifat Allah adalah tinggi (ulya) dan sempurna, tidak mengandung kekurangan dari segi apa pun.
  6. Sifat-sifat Allah ada dua bagian: Pertama, yang Allah tetapkan untuk DiriNya, dan kedua, yang Allah tiadakan dari DiriNya.
  7. Sifat-sifat yang Allah tetapkan juga terbagi dua: Pertama, sifat-sifat DzatNya, dan kedua, sifat-sifat perbuatanNya.
  8. Ada tiga pertanyaan yang mungkin muncul berkaitan dengan setiap sifat Allah: Pertama, apakah sifat Allah itu hakiki atau tidak? Kedua, apakah boleh menentukan bentuk dan cara bagi sifat tersebut? Ketiga, apakah sifatNya serupa dengan sifat makhluk atau tidak?

Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut diurai bagus dan mudah dicermati di dalam buku kita ini, berikut contoh-contoh dan penerapan dari setiap kaidah dijabarkan dengan sangat manis, sehingga setelah Anda mengkaji kaidah-kaidah ini secara seksama, Anda akan berkesimpulan: Inilah awal yang bagus untuk mengkaji Tauhid Asma` was Sifat. Dan penting untuk kita ingat bahwa pada sebagian kaum Muslimin tanah air, meyakini bahwa sifat Allah yang wajib diimani itu hanya dua puluh, ini sama sekali bukan akidah Ahlus Sunnah, akan tetapi doktrin Asy’ariyah.

Berikut adalah ulasan ringkas isi buku:

Di bagian awal, buku akidah ini meletakkan judul yang pokok dalam akidah Islam, yaitu kewajiban menerima dan menetapkan ayat-ayat al-Qur`an dan hadits-hadits, dan termasuk di dalamnya, ayat-ayat dan hadits-hadits tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah, dan memaknainya sebagaimana yang dianut oleh orang-orang yang ar-Rasikhuna fi al-Ilmi (yang mendalam ilmunya), yaitu: memaknai dan menetapkannya sebagaimana zahirnya; dan tidak menolaknya, tidak menakwilkannya, tidak memisalkannya, tidak mengumpamakannya, dan tidak menentukan bentuk dan caranya. Cara pandang inilah yang dipuji oleh Allah dalam Surat Ali Imran: 7,

{هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آَيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُوْنَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيْلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيْلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُوْنَ فِي الْعِلْمِ يَقُوْلُوْنَ آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ}.

“Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur`an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat; itulah pokok-pokok isi al-Qur`an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat. Orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata, ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Rabb kami.’ Dan tidak dapat mengambil pelajaran (dari padanya) melainkan orang-orang yang berakal.”

Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang yang menyibukkan diri melakukan takwil; menyimpangkan ayat-ayat dan mencari-cari alasan untuk mengingkari makna zahirnya, adalah orang-orang yang binasa.

Nah, masalah ini dikupas tuntas oleh buku kita ini. Termasuk di dalam sub ini adalah apa definisi dan batasan takwil yang boleh dan haram dilakukan? Apa langkah yang tepat agar seorang Muslim dapat menghindari takwil-takwil batil yang merusak akidah? Siapa saja yang masuk dalam kategori golongan penakwil (al-Mu`awwilah) yang terbukti menyimpang dalam Tauhid Asma` was Sifat? Semuanya dapat Anda dalami di sini. Semuanya ditegakkan dengan dalil-dalil yang kokoh, lengkap dengan takhrij haditsnya.

Sub lain mengetengahkan tema: Wajibnya berpegang kepada as-Sunnah dan peringatan keras dari ajaran-ajaran baru yang dibuat-buat (bid’ah).

Kewajiban berpegang kepada Sunnah Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam dan haramnya melakukan bid’ah dalam Agama. As-Sunnah di sini adalah as-Sunnah sebagaimana yang digunakan oleh semua kitab-kitab akidah, dan bukan sunnah sebagaimana dalam ushul fikih, yaitu selain dari yang wajib. As-Sunnah di sini adalah sebagaimana yang didefinisikan oleh ulama Ahlul hadits: Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam, baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, maupun sifat. Kewajiban berpegang pada as-Sunnah dan bahaya melakukan bid’ah dalam Agama, ditegaskan oleh banyak nash dari al-Qur`an dan hadits, yang dapat Anda kaji dalam buku kita ini, ditambah lagi dengan penegasan ulama Salaf.

Dalam sub lainnya, buku kita ini mengulas akidah Ahlus Sunnah berkaitan dengan al-Qur`an dan sifat berfirman bagi Allah Ta’ala. Ahlus Sunnah sepakat bahwa di antara sifat-sifat Allah adalah berkata-kata, yang kita kenal dalam bahasa Indonesia dengan berfirman. Konsekwensi dari poin akidah ini adalah pertanyaan-pertanyaan berikut: Apakah berarti Allah berfirman dengan suara yang didengar? Apakah berarti Allah berfirman dengan kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf? Lalu ayat-ayat al-Qur`an yang dibaca oleh manusia, apakah ia tetap Firman Allah atau ucapan manusia? Semua kesepakatan ulama Ahlus Sunnah berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan ini dengan penjelasan dan dalil-dalilnya, dapat Anda kaji di dalam buku kita ini.

Sub penting lain adalah hak-hak Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam dan para sahabat beliau yang mulia. Apa saja hak Nabi Shollallohu Alaihi Wasallam atas kita, umat beliau? Kemudian apa saja hak-hak para sahabat dan para ulama? Apa hukum mencaci para sahabat dan para ulama? Semuanya dapat Anda kaji di sini.

Di bagian paling akhir, buku kita ini mengingatkan satu masalah penting: Apa hukum taklid dalam masalah akidah?

Dan yang kami sebut di sini adalah sebagian kecil darinya.

Edisi terbitan kami ini memiliki kelebihan yang menjadikannya unggul insya Allah, yaitu bahwasanya naskah asli buku ini ditahqiq dan ditakhrij oleh Syaikh Dr. Asyraf Abdul Maqshud, seorang muhaqqiq yang tidak asing bagi para pencinta ilmu, sehingga semua hadits, riwayat, dan perkataan para ulama disertai dengan takhrij yang lengkap, sehingga memudahkan pembaca untuk merujuk kepada rujukan primer maupun sekunder.

Buku ini adalah buku terbaru terbitan Sahifa Haq, yang mudah-mudah Allah berkenan menerimanya sebagai amal shalih bagi kami penerbit dan menjadikannya bermanfaat bagi kaum Muslimin tanah air.

Pemesanan klik : pesan SYARAH LUM’ATUL I’TIQAD

Loading

Home
Akun
Order
Chat
Cari