Pemesanan, klik: Buku Mencintai Rasulullah
PENTINGNYA TEMA BUKU
Mencintai Nabi Shalallahu alaihi wassalam adalah kewajiban Syariat dan termasuk bagian dari Iman. Mencintai Nabi Shalallahu alaihi wassalam adalah kewajiban setiap muslim. Bahkan tidak hanya wajib mencintai beliau, tetapi wajib pula lebih mencintai beliau dibanding diri sendiri, orangtua, anak, dan semua manusia, serta harta benda.
“Suatu kali Nabi Shalallahu alaihi wassalam menggandeng tangan Umar bin al-Khaththab, lalu tiba-tiba beliau berkata kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam, ‘Wahai Rasulullah, Anda adalah orang yang paling aku cintai dibanding apapun selain diriku’. (Mendengar itu) Nabi Shalallahu alaihi wassalam bersabda, ‘Tidak! Demi Dzat Yang jiwaku berada di TanganNya; hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri’.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6632).
Imam al-Bukhari juga meriwayatkan, bahwasanya Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam bersabda,
“Demi Dzat Yang jiwaku ada di TanganNya, tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga aku lebih dia cintai daripada orangtuanya dan anaknya.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 1014).
Bahkan Nabi Shalallahu alaihi wassalam bersabda,”Tidaklah sempurna iman seorang hamba hingga aku lebih dia cintai daripada keluarganya, hartanya, dan semua manusia.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1068).
Yang lebih menakutkan adalah ancaman Allah dalam al-Qur`an bagi orang-orang yang lebih mencintai keluarga dan urusan dunia daripada Allah dan RasulNya. Allah Taala berfirman,
“Katakanlah, ‘Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (hukuman)Nya’. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24).
Syaikh al-Allamah As-Sa’di berkata setelah menafsirkan ayat ini, “Ayat yang mulia ini adalah dalil yang paling agung yang menunjukkan wajibnya mencintai Allah dan RasulNya, dan wajibnya mendahulukan kecintaan kepada keduanya di atas kecintaan kepada segala sesuatu.”
Dengan demikian, tema buku ini adalah suatu yang sangat penting; karena menyangkut salah satu kewajiban asasi setiap Muslim dalam keimanan dan keislamannya, yaitu mencintai Nabinya, Muhammad Shalallahu alaihi wassalam ; di mana mencintai beliau adalah salah satu makna “syahadat Muhammad Rasulullah”, sehingga apabila seseorang mengaku bersyahadat bahwa Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam adalah Rasul Allah, akan tetapi dia tidak mencintai beliau Shalallahu alaihi wassalam, maka syahadatnya tersebut adalah suatu yang sia-sia.
ISI BUKU SECARA UMUM
Inti dari sajian buku ini adalah sebuah ajakan untuk mencoba mengukur: sebesar apa kadar cinta kita kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Buku ini, menyuguhkan tanda-tanda cinta yang harus ada pada diri setiap Muslim. Dan untuk setiap tanda cinta, penulis menyebutkan berbagai kisah nyata dari para sahabat Nabi Shalallahu alaihi wassalam yang membuktikan bahwa tanda yang harus kita miliki itu adalah suatu yang riil dan bukan suatu yang mustahil atau terlampau idealis, sehingga kisah-kisah nyata tersebut menjadi bahan renungan masing-masing kita untuk mengoreksi diri kita; sejauh manakah cinta kita kepada teladan agung kita itu?
Dan kisah-kisah nyata dari kecintaan para sahabat itu merupakan contoh riil dari model cinta yang harus kita buktikan. Maka penulis seakan memajang sebuah cermin besar di hadapan kita agar kita mau berkaca dan mengoreksi bagian yang sangat penting dari iman kita, yaitu mencintai Nabi Shalallahu alaihi wassalam secara benar. Dan barangkali semua kita merasa mencintai beliau Shalallahu alaihi wassalam, tetapi, yang lebih penting dari rasa dan klaim itu adalah: apa saja yang telah kita lakukan untuk membuktikan cinta kita kepada beliau?
Nah, buku ini adalah sebuah sentilan bagus bagi sikap acuh dan serampangan kita dalam mencintai beliau, dan juga merupakan cermin yang sangat bagus untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Inti pokok dari isi buku ini adalah bahwa cinta kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam memiliki tanda-tanda, yang apabila ada pada seorang muslim, maka dia telah jujur dalam kecintaannya kepada beliau Shalallahu alaihi wassalam. Tanda-tanda cinta tersebut ada empat:
Tanda cinta kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam yang pertama adalah, memiliki keinginan yang kuat untuk menyertai beliau a di dunia dan akhirat.
Perhatikan kenyataan berikut ini; di mana al-Bara` bin Azib berkata, “Aku tidak pernah menyaksikan orang-orang Madinah begitu bergembira melebihi kegembiraan mereka pada saat kedatangan Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 3925).
Dan camkanlah hadits berikut ini; karena ini adalah salah satu potret jujurnya kecintaan para sahabat kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam. Dari Aisyah binti Abi Bakar , beliau berkata,
“Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam lalu berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya Anda lebih aku cintai daripada diriku sendiri dan Anda juga lebih aku cintai daripada anakku, dan sesungguhnya pada saat berada di rumah, aku selalu mengingat Anda dan aku tidak sabar hingga datang dan melihat Anda, dan apabila aku teringat kematianku dan kematian Anda, aku sadar bahwa bila Anda masuk surga, maka derajat Anda pasti akan diangkat bersama para nabi, dan jika aku masuk surga, aku khawatir tidak akan bisa melihat Anda’.
Nabi Shalallahu alaihi wassalam tidak menjwabnya, hingga Malaikat Jibril turun membawa ayat,
‘Dan barangsiapa yang menaati Allah dan Rasul(-Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: para Nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka itu adalah sebaik-baik teman’. (An-Nisa`: 69).” (Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan al-Haitsami berkata dalam Majma’ az-Zawa`id, “Para rawi hadits ini adalah para rawi hadits shahih, kecuali Abdullah bin Imran al-Abidi, tetapi dia ini juga seorang yang tsiqah.”).
Kisah lain yang menggetarkan hati adalah seorang sahabat yang diberi kesempatan untuk meminta sesuatu apapun kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam. Lalu apa yang dia minta? Dinar? Atau Unta? Atau kebun rindang? Sama sekali tidak. Dari Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami y, beliau berkata,
“Aku pernah bermalam bersama Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam, lalu aku membawakan air wudhu dan keperluan beliau, maka beliau bersabda kepadaku, ‘Mintalah sesuatu (kepadaku)’. Maka aku berkata, ‘Aku minta kepada Anda agar bisa menyertai Anda di surga’. Nabi Shalallahu alaihi wassalam bersabda, ‘Barangkali selain itu?’ Aku menjawab, ‘Itu saja permintaanku’.” (Diriwayatkan oleh Muslim, no. 489).
Lalu perhatikan pula kisah lain dalam buku ini, bagaimana kaum Anshar lebih memilih kembali bersama Nabi Shalallahu alaihi wassalam ke Madinah, ketimbang mendapat harta ghanimah yang melimpah dalam Perang Hunain. Dan dalam buku ini Anda akan mendapatkan banyak kisah mengenai tanda yang pertama ini.
Tanda cinta kepada Nabi a yang kedua adalah, siap mengorbankan harta dan bahkan jiwa demi membela beliau Shalallahu alaihi wassalam.
Dalam buku ini, penulis juga menyuguhkan banyak kisah pengorbanan para sahabat yang luar biasa demi membuktikan kecintaan mereka kepada Nabi yang mulia, Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.
* Dalam perang uhud, kaum muslimin terdesak, hingga barisan pasukan porak poranda, hingga yang tersisa bersama Nabi Shalallahu alaihi wassalam hanya dua belas orang saja; sebelas orang dari kaum Anshar dan satunya lagi adalah Thalhah bin Ubaidillah . Dan satu orang demi satu orang maju untuk menghadapi serangan kaum musyrikin hingga semua mereka mati syahid, dan yang terakhir adalah Thalhah bin Ubaidillah berusaha melindungi Nabi Shalallahu alaihi wassalam dengan segenap jiwa raga beliau, hingga tubuh beliau penuh dengan luka dan tangan beliau menjadi putus demi melindungi kekasih yang agung, Muhammad Shalallahu alaihi wassalam.
Dan mengenai ini, juga banyak kisah lain yang dapat kita nikmati dalam buku ini.
Tanda cinta kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam yang ketiga adalah, melaksanakan perintah dan menjauhi larangan beliau Shalallahu alaihi wassalam.
Ini adalah tanda cinta yang sangat jelas. Artinya, seberapapun klaim seseorang menyintai Nabi Shalallahu alaihi wassalam, tetapi dia mengabaikan perintah beliau dan melanggar larangan beliau, mencampakkan sunnah-sunnah beliau lalu malah gemar melakukan bid’ah, padahal beliau telah menyatakan secara terang, “Setiap bid’ah itu adalah sesat dan setiap kesesatan itu di neraka”, maka klaim cinta kepada beliau itu hanya angan-angan kosong yang tidak memiliki makna.
Selamilah hakikat kecintaan para sahabat kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam berbagai kisah indah dalam buku ini.
Tanda cinta kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam yang keempat adalah, membela Sunnah beliau dan memperjuangkan Syari’at beliau .
Ini adalah tanda cinta yang agung kepada beliau , yaitu: membela Sunnah beliau , dan memperjuangkan syari’at yang beliau ajarkan. Ini artinya, bahwa mencintai Nabi Shalallahu alaihi wassalam mengharuskan seorang muslim untuk menegakkan sunnah, mendakwahkannya kepada manusia, bangga dengan identitas sebagai da’i yang mengajak kepada ajaran-ajaran beliau, dan lebih dari itu juga gigih memerangi bid’ah yang merusak sunnah-sunnah beliau. Maka suatu yang sangat aneh bila ada orang yang melaksanakan bid’ah lalu mengklaim bahwa itu adalah bukti mencintai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam , lalu sebaliknya orang yang meninggalkan bid’ah, mereka katakan sebagai orang yang tidak mencintai Nabi Shalallahu alaihi wassalam. Sungguh setan itu adalah musuh yang nyata bagi seorang Mukmin, tetapi setan adalah musuh yang lemah, dan logika yang dibuatnya juga logika yang rapuh lebih rapuh dari sarang laba-laba.
Dan dalam buku ini, Anda akan terpesona dengan indahnya gambaran kepahlawanan para sahabat dalam membela Islam dan membela Sunnah Nabi Shalallahu alaihi wassalam.
Salah satu bagian menarik dari buku ini, adalah bahwa cinta yang jujur kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalampasti mendatangkan buah-buah yang manis dan akibat yang positif bagi pemiliknya.
Perlu kita ingat bahwa Nabi Shalallahu alaihi wassalam tidak membutuhkan cinta kita, dan keberadaan cinta kita kepada beliau tidak akan menambah ketinggian kedudukan dan kemuliaan beliau. Sebaliknya hilangnya rasa cinta kita kepada beliau tidak akan mengurangi kedudukan tinggi dan kemuliaan beliau. Hal itu karena beliau adalah kekasih Rabb semesta alam. Cinta seorang muslim kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam, hanya akan kembali untuk dirinya sendiri:
Pertama: Cinta yang jujur kepada Nabi Shalallahu alaihi wassalam adalah salah satu sebab seorang muslim bisa merasakan manisnya Iman. Nabi Shalallahu alaihi wassalam bersabda,
“Ada tiga perkara yang; barangsiapa ketiganya ada pada dirinya, maka dia akan mendapatkan manisnya Iman: (pertama), hendaklah Allah dan RasulNya lebih dia cintai daripada selainnya…”, dan seterusnya hadits tersebut.
Dan makna manisnya Iman, sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama adalah: “lezatnya menjalankan ketaatan dan kesiapan menunaikan beban Agama serta lebih mengutamakannya daripada seluruh kesenangan dan kenikmatan dunia.”
Kedua: Orang yang jujur mencintai Nabi , akan bersama beliau di akhirat.
Dari Anas bin Malik , beliau berkata,
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah , lalu bertanya, ‘wahai Rasulullah, kapan kiamat akan terjadi?’ Nabi amalah balik bertanya, ‘Apa yang telah engkau siapkan untuk Hari Kiamat itu?’ Jawab orang itu, ‘Cinta(ku) kepada Allah dan RasulNya’. Maka Nabi bersabda, ‘Engkau akan bersama siapa yang engkau cintai’.”
Anas berkata, “Kami tidak pernah gembira setelah masuk Islam melebihi kegembiraan kami mendengar sabda Nabi tersebut. Dan saya mencintai Allah, RasulNya, Abu bakar dan Umar; dengan harapan saya bisa berkumpul bersama mereka, walaupun saya tidak mampu beramal seperti amal-amal mereka.”
KESIMPULAN DAN ROKUMENDASI
Buku ini patut menjadi perhatian setiap muslim; karena sekalipun hanya dalam jumlah halaman yang sedikit, tetapi mampu menyuguhkan konsep dan bentuk riil penerapan cinta yang benar dan jujur kepada Nabi kita, Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Cinta tidak hanya ungkapan lidah, tapi membutuhkan tindakan untuk membuktikannya. Maka apa bukti Anda jujur mencintai Nabi Shalallahu alaihi wassalam? Buku ini adalah jawabanya; karena membimbing kita untuk membuktikan cinta kita kepada beliau secara benar. Semoga Allah mengumpulkan kita bersama Nabi Shalallahu alaihi wassalam, para nabi, orang-orang Shiddiq, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih di surga nabi. Amin.
Pemesanan, klik: Buku Mencintai Rasulullah