Tafsir Surat Muhammad ayat 19
Allah berfirman :
فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِۚ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰىكُمْ
“Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggal kalian.“ (Muhammad: 19).
Ilmu menuntut pengakuan hati dan pengetahuan hati terhadap makna dari apa yang dituntut untuk diketahui, dan hal itu tidak terwujud kecuali dengan mengamalkan apa yang menjadi tuntutannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Ilmu yang Allah perintahkan ini merupakan fardhu ‘ain atas setiap manusia, tidak gugur dari setiap orang, siapa pun dia.
Kebutuhan mendesak kepada ilmu ini dan pengamalan terhadap konsekuensinya, termasuk penghambaan sempurna kepada Allah, mengalahkan segala kebutuhan mendesak lainnya. Ilmu tentang sesuatu bergantung kepada ilmu tentang jalan yang mengantarkan kepadanya dan selanjutnya menitinya.
Jalan kepada ilmu bahwasanya,
“Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia.” (Al-Baqarah: 136), secara global dan umum adalah:
Pertama: Ini yang paling besar, paling jelas dan paling kuat, yaitu merenungkan Nama-nama Allah, Sifat-sifatNya, Perbuatan-perbuatanNya yang menunjukkan kesempurnaanNya, kebesaran dan keagunganNya. Mengetahui hal ini menetapkan ilmu bahwa tidak ada yang berhak untuk disembah kecuali Allah, mendorong untuk mengerahkan usaha dalam mewujudkan penghambaan dan penyembahan kepada Allah secara total sebagai Pemilik segala sanjungan, kemuliaan, keagungan, dan keindahan.
Kedua: Mengetahui bahwa Dia adalah Rabb; Pemilik tunggal penciptaan, rizki, dan pengaturan, dengan ini seorang hamba mengetahui bahwa hanya Dia semata yang berhak untuk disembah.
Ketiga: Mengetahui bahwa hanya Dia Yang memberi nikmat-nikmat lahir dan batin, agama dan dunia, hal ini melahirkan ketergantungan hati kepadaNya dengan penuh kecintaan dan kesiapan untuk kembali kepadaNya, menyembahNya semata, tidak ada sekutu bagiNya.
Keempat: Apa yang dilihat dan didengar oleh hamba-hamba berupa balasan baik untuk wali-waliNya yang menegakkan tauhid, berupa kemenangan untuk para rasul dan orang-orang yang mengikuti mereka, dan nikmat-nikmat yang disegerakan yang disaksikan, demikian juga mengetahui hukuman terhadap musuh-musuh Allah, orang-orang musyrik, karena semua ini merupakan bukti bahwa hanya Allah semata yang berhak untuk disembah.
Kelima: Mengetahui sifat-sifat dari berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang disembah di samping Allah dan diangkat sebagai tuhan-tuhan, bahwa mereka bergantung kepada Allah dalam segala urusan, memiliki kekurangan dari segala sisi, tidak mampu memberi manfaat dan mudarat, kematian, kehidupan, dan kebangkitan, baik untuk diri mereka maupun untuk siapa yang menyembah mereka. Mengetahui hal itu membuktikan kebatilan penyembahan kepada mereka dan bahwa apa yang orang-orang musyrik sembah itu adalah kebatilan dan bahwa Tuhan yang haq yang nyata hanya Allah semata.
Keenam: Kesepakatan kitab-kitab Allah atas hal itu dan kesamaannya di atas hal itu.
Ketujuh: Kesepakatan para nabi dan para rasul serta para ulama rabbaniyin di atas hal itu dan kesaksian mereka dengannya, dan mereka adalah makhluk Allah yang spesial, paling sempurna akhlak, akal, ilmu dan keyakinannya.
Kedelapan: Apa yang Allah tegakkan berupa dalil-dalil dan ayat-ayat di ufuk alam semesta dan pada diri makhluk yang menunjukkan tauhid sebagai petunjuk yang paling besar dan paling jelas, menyerukannya dengan bahasa lisan dan bahasa keadaan melalui apa yang Allah titipkan pada mereka berupa penciptaanNya yang menakjubkan, hikmahNya yang unik, dan makhlukNya yang ajaib.
Kesembilan: Apa yang Allah simpan di dalam syariatNya berupa ayat-ayat muhkamat, hukum-hukum yang bagus, hak-hak yang adil dan kebaikan yang melimpah, menghadirkan seluruh kebaikan dan menolak keburukan, serta bentuk-bentuk kebaikan yang beraneka ragam, ini menunjukkan dengan petunjuk yang paling besar bahwa hanya Allah semata yang berhak untuk disembah, bukan selainNya, dan bahwa syariat Allah yang turun melalui rasul-rasulNya adalah saksi atas hal itu.
Jalan-jalan ini, yang macam-macam dan bagian-bagiannya berjumlah banyak, Allah telah menjelaskannya dan mengulanginya di dalam KitabNya, mengingatkan hamba-hambaNya kepadanya atas tuntutan ini yang merupakan tuntutan paling besar dan tujuan paling mulia. Barangsiapa meniti sebuah jalan dari jalan-jalan di atas, maka ia mengantarkannya kepada ilmu dan keyakinan bahwa tidak ada tuhan yang haq kecuali Allah semata, semakin meningkat dorongan, semangat dan pengetahuan seorang hamba dalam meniti jalan-jalan ini, maka semakin bertambah pula keyakinannya dan semakin mengakarlah imannya, maka iman yang ada di dalam hatinya lebih kokoh daripada gunung, lebih nikmat dari segala yang nikmat, dan lebih mahal dari segala yang mahal.
Jalan yang paling agung yang mengumpulkan semuanya adalah mentadaburkan al-Qur`an al-Azhim dan merenungkan ayat-ayatNya, ini adalah gerbang besar dan utama menuju ilmu tentang tauhid, dengannya Allah mewujudkan sisi-sisi global dan terperinci yang tidak diwujudkan oleh selainnya.
Firman Allah, وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ “Dan mohonlah ampun untuk dosamu.” Yakni, mohonlah ampunan kepada Tuhanmu untuk dosa-dosamu dengan melakukan sebab-sebab yang mewujudkan ampunan, berupa doa memohon ampunan, taubat yang sungguh-sungguh, melakukan kebaikan-kebaikan yang melebur keburukan-keburukan, meninggalkan dosa-dosa, memaafkan manusia dan berbuat baik kepada mereka, termasuk memohon ampunan untuk mereka, karena itu Allah berfirman, وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ “dan bagi (dosa) orang-orang Mukmin, laki-laki dan perempuan.” Ini termasuk buah iman karena iman mereka, maka mereka memiliki hak atas setiap Muslim untuk mendoakan mereka agar Allah mengampuni mereka.
Jika seorang hamba diperintah untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang-orang Mukmin yang laki-laki dan yang perempuan, maka termasuk tuntutan dari hal itu adalah hendaknya dia tulus kepada mereka, mencintai kebaikan untuk mereka sebagaimana dia mencintainya untuk dirinya sendiri, membenci keburukan untuk mereka sebagaimana dia membencinya untuk dirinya sendiri, mendorong mereka kepada kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan, memaafkan keburukan-keburukan dan aib-aib mereka, mendorong kepada persatuan yang menyatukan hati mereka, melenyapkan apa yang mungkin terjadi di antara mereka berupa kebencian yang melahirkan permusuhan dan pertikaian, karena dengan persatuan, dosa-dosa menyusut, dan dengan perpecahan, keburukan-keburukan dan kemaksiatan-kemaksiatan merajalela.
Firman Allah, وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰىكُمْ “Dan Allah mengetahui tempat usaha dan tempat tinggal kalian.“ Yakni aktivitas, gerakan, datang dan perginya kalian, pada apa kalian berhenti, di atas apa kalian menetap, ilmuNya meliputi segala keadaan kalian, ini mengandung ancaman dan dorongan berkenaan dengan balasan atas amal perbuatan, yang baik dan yang buruk.